Kamis, 11 November 2021

Kanjeng Gusti Adipati Arya (KGAA) Satjanata II (Raden Mas Regasari)


Sebuah Kabataraan yang didirikan oleh "Praja Resi Dang Upacaka Agong Sarwastiwada Raharkeyan Sudhayocha (Rakeyan Sudhayasa) ing Batara Gunung Bitung", pada tahun 1257 saka /1335masehi yang kelak menjadi cikal bakal sebuah Negri di kaki Gunung Ciremai, Selatan Majalengka yang terkenal disebut "Karatuan Talaga".



Makam KGAA Satjanata II
yang berada di Komplek Pemakaman Regasari, Desa Argasari
Kecamanata Talaga Kabupaten Majalengka


Negri subur yang bernama Karatuan Talaga itu, kian bertambah makmur. Pada puncaknya Tahun 1344 saka / 1422 masehi , tampuk pimpinan Karatuan Talaga di pegang oleh Prabhu Agung Talagamanggung yang mengubah kebataraan menjadi karatuan hal ini lah yang menyebabkan Karatuan talaga sering disebut sebagai "Karatuan Talagamanggung" Dengan menerapkan sistem "TRITANGTU DIBUANA" dalam tata kelola pemerintahannya.


Romantika kehidupan terus berjalan. Waktu demi waktu, sistem pemeritahan Karatuan Talaga kian ter sempurnakan.
Ratu Simbarkantjana, Raden Batara Sokawayana, Ratu Sunialarang, Raden Arya Kikis, Raden Apoen Surawidjaya , Raden Arya Surawidjaya, Raden Suwarga, merupakan anak cucu cicit generasi sang Prabu yang secara bergantian menggantikan posisis "Narpati" Karatuan Talaga dari masa ke masa, dari tahun 1336 hingga tahun 1685masehi.

Namun sangat disayangkan tahun 1686M, Campur tangan para (Munding Bule) kaum kolonial yang tidak tahan melihat kemakmuran Karatuan Talaga, mereka berhasrat untuk menguasainya.
Sadar akan kedaulatan Karatuan Talaga yang merupakan Negara yang berdiri sendiri , mereka tidak secara langsung menyerang untuk menguasainya. Akan tetapi mereka mulai menghasut para putra dalem Karatuan Talaga agar mereka berebut wilayah kekuasaan guna memporak porandakan persatuan dan kesatuan di tanah Talaga.

Pada tahun 1687 masehi. upaya para Kolonial mulai membuahkan hasil, akhirnya Gubernor General Johannes Camphuys, mengeluarkan maklumat ( Ordonansi Staatsel ) yang isinya mangharuskan Talaga dibagi menjadi 2 bagian.

Tidak puas sampai disitu pemerintah colonial terus menghasut para putra keturnan Ratu Talaga yang lainnya untuk memecah belah kembali Talaga yang telah menjadi dua wilayah kekuasaan.
Hingga pada tahun 1740 masehi, Pihak pemerintah colonial kembali mengeluarkan maklumat yang isinya “ kedua bagian wilayah kekuasaan Talaga harus dipecah kembali masing masing menjadi dua bagian” alhasil, Talaga dipecah lagi menjadi terbagi 4 bagian. dengan kedudukan pemimpin yang sama.
Hal inilah yang pada akhirnya mengakibatkan Talaga semakin terpecah belah. kondisi ekonomi, sosial budaya dan politik negri Talaga sudah tidak setabil lagi. Hingga banyak para tokoh Talaga merasa prihatin dengan kondisi politik di Talaga yang kian hari kian mengkhawatirkan.
Hal ini juga di rasakan . Raden Mas Regasari, salah seorang keturunan Ratu Talaga yang peduli akan nasib tanah kelahirannya. Hingga pada tahun 1801 masehi, beliau dengan rekan rekannya yang sependapat, mulai bergerak sekuat tenaga menyatukan kembali wilayah Talaga yang sudah tercerai berai . Hingga pada tahun 1804, Talaga berhasil dipersatukan kembali menjadi satu tatanan yang besar.
Bersatunya Talaga disambut gembira oleh tokoh adat dan masyarakat Talaga , hingga akhirnya Raden Mas Regasari diangkat menjadi pemimpin Talaga dengan gelar :
“Kanjeng Gusti Adipati Arya (KGAA) Satjanata II”

Namun lagi lagi bersatunya wilayah Talaga sangat tidak diingankan oleh pemerintah kolonial , pada Tahun 1806 mereka menagadakan perundingan yang isinya mengharuskan pusat pemerintahan Talaga berpindah ke Maja, dengan dalih KGAA Satjanata II menjadi Bupati yang berada di bawah kekuasaan pemerintah Kolonial.

Akan tetapi perundingan itu ditolak mentah mentah oleh KGAA Satjanata II. beliau merasa bahwa isi perundingan itu akan mengakibatkan jatuhnya wilayah Talaga kedalam kekuasaan kaum Kolonial.
Berbagai upaya dari kaum penjajah terus di lanacarkan guna memperoleh kesepakatan dari KGAA Satjanata II. Namun KGAA Satjanata II bersikeras untuk tetap bertahan pada pendiriannya mempertahankan Talaga sebagai wilayah yang berdaulat. .
hal itu mengakibatkan pemerintah kolonial “Murka” dan KGAA beserta pengikutnya mendapat penyerangan hingga beliau beserta pengikutnya menjadi bulan bulanan kaum penjajah.

Mengahadapi kekuatan kaum penjajah yang besar . KGAA Satjanata II, bersembunyi sambil menyusun kekuatan dengan masyarakat lainnya.
Dicerikan oleh bebepara tradisi lisan , bahwasanya beliau menyusun kekuatan bersama Ki Bagus Serit (adik dari Ki Bagus Rangin) untuk menghalau kekuatan kaum penjajah yang kian merajalela di tanah Talaga.

Namun sangat disayangkan KGAA Satjanata II wafat dalam perjalanan menuju Bharujaksi (Desa Taman Baru Kecamatan Talaga, sekarang) ketika akan menemui pasukan balapati yang akan mengadakan perlawanan pada pemerintah Kolonial.
Kematian KGAA Satjanata II, menjadikan duka yang sangat mendalam bagi para tokoh dan masyarakat Talaga. Beliau dikebumikan di Regasari kecamatan Talaga . Jenazah belau disambut dengan tangis dan haru oleh seluruh lapisan masyarakat Talaga, tangisan melepas Sang Patriot, Pahlawan Sejati yang gugur membela tanah kelahirannya.


Makam KGAA Satjanata II


Lain halnya dengan pemerintah colonial, pada tahun 1819 Komisaris Jenderal Hindia Belanda mengeluarkan bisluit dengan Nomor 23 Tahun 1819 Tanggal 5 Januari 1819 tentang Pendirian Kabupaten Maja.
Dan mengangkat RT Dendanagara sebagai Bupati Maja hingga dikemudian hari menjadi Kabupaten Majalengka.

==========
Tulisin ini di post dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November 2021



Informasi tentang Sejarah & Budaya Nusantara
klik di



Penulis : Asep AsDHA Singhawinata