Rd ADIPATI SUWARGA
(Masa transisi Kerajaan Talaga)
(Masa transisi Kerajaan Talaga)
MUSEUM TALAGAMANGGUNG |
NAMA : Rd Adipati Suwarga
GELAR : Sunan Suwarga
MASA PEMERINTAHAN : 1675 - 1715 Masehi
NAMA ISTRI :
1. Ratu Losari Cirebon
2. Nyimas Jitra (Nunuk)
NAMA AYAH : Rd Arya Adipati Surawijaya
NAMA IBU : Ratu Kartaningrat
ANAK :
1. Arya Saca Dilaga (dari Ratu Losari Cirebon)
2. Adipati Wiranata (dari Nyimas Jitra Nunuk)
Di Arcakan Sebagai :Tidak di arcakan
Sumber Rujukan : Wawacan Talaga, Wikipedia, Wawacan Nusantara, tatangmanguny.wordpress.com,
CATATAN :
a. Talaga Menjadi Dua Kerajaan
Sepeninggal Rd Adipati Suwarga, Adipati Wiranata mau dinobatkan sebagai Narpati Talaga tahun 1715 M. muncul protes dari putra Pangeran Kusumayuda yang bernama Pangeran Natadilaga. Natadilaga merasa berhak untuk menjadi narpati Talaga. Melihat kondisi demikian, para sesepuh Talaga segera mengadakan musyawarah dengan keputusan bahwa Talaga harus dibagi dua, yakni:
1. Kesultanan Talagakidul, dipimpin oleh Adipati Wiranata;
2. Kesultanan Talagakaler, dipimpin oleh Pangeran Natadilaga.
Ketika itu pula disepakati bahwa Talaga dibagi menjadi empat sudut mata angin kabupatian yang meliputi:
Kebupatian Talagakidul; dipimpin oleh Pangeran Adipati Sacanata, putra ke-3 Pangeran Adipati Wiranata;
Kebupatian Talagakaler; dipimpin oleh Pangeran Arya Sacadilaga, cucu Pangeran Arya Natadilaga;
Kabupatian Talagawetan; dipimpin oleh Pangeran Kartanagara, putra ke-4 Pangeran Adipati Wiranata;
Kabupatian Talagakulon; dipimpin oleh Dalem Surya Sepuh, cucu Pangeran Adipati Jayawiriya.
Keempat bupati dari empat kabupatian Talaga itu mendapat julukan Pangeran Papat, karena dalam satu masa bersama-sama mengurus Talaga.
b. Penggabungan Kabupatian Talaga dengan Kabupatian Sindangkasih
Pada awal bada ke-19, pemerintah kolonial Hindia Belanda, tepatnya pada 1806, menjadikan empat Kabupatian Talaga menjadi satu kabupatian (kabupaten) dengan bupatinya Pangeran Arya Sacanata II. Tiga tahun kemudian, yakni 1818 Kabupatian Talaga digabung dengan Kabupatian Sindangkasih menjadi Kabupaten Majalengka yang dikenal sekarang.
Sesuai dengan rencana Hindia Belanda, pengggabungan dua kabupaten itu mengharuskan bupati pindah dari Talaga ke Majalengka. Pangeran Sacanata II sebagai Bupati Majalengka ketika itu menolak untuk meninggalkan Talaga dan akhirnya dipensiunkan oleh Belanda dengan hak jasa pensiun sebidang tanah sawah selebar lima puluh bahu. Dengan demikian Pangeran Sacanata II (Eyang Regasari) mendapat julukan Bopati Panungtung Talaga.
c. Pengubahan Status Bupati Talaga Menjadi Sesepuh Talaga
Karena sejak pasca penggabungan antara Kabupatian Talaga dan Sindangkasih tidak ada yang memegang kekuasaan secara politik, maka para sesepuh Talaga bermusyawarah untuk menentukan orang yang akan memegang dan mengurus benda-benda pusaka karuhun (leluhur) Talaga. Disepakatilah bahwa yang berhak mengurus benda-benda itu adalah keturunan yang memunyai hubungan langsung dari Pangeran Sacanata II dari pihak anak laki-laki, jika anak laki-laki tidak ada maka pihak perempuan pun diperbolehkan asal jika memunyai anak laki-laki maka pengurusan benda pusaka harus kembali dipegang pihak laki-laki.
Berikut adalah orang-orang yang mendapat tugas mengurus benda-benda Pusaka Karuhun Talaga, yang selanjutnya mereka disebut para sesepuh Talaga:
1. Pangeran Sumanagara (1820-1840), putra sulung Pangeran Arya Sacanata II;
2. Nyi Raden Anggrek (1840-1865), putri Pangeran Sumanagara;
3. Raden Natakusumah (1865-1895), putra Nyi Raden Anggrek;
4. Raden Natadiputra (1895-1925), putra Raden Natakusumah;
5. Nyi Raden Masri’ah (1925-1948), putri Raden Natadiputra;
6. Raden Acap Kartadilaga (1948-1970), suami Nyi Raden Masri’ah;
7. Nyi Raden Madinah (1970-1993), putri Daden Acap Kartadilaga;
8. Nyi Raden Padnalarag (1993-2014), putri Nyi Raden Madinah
9. Raden Apun Tjahya Hendraningrat (2014-sekarang) putra Nyi Raden Padnalarang
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber:
Wawancara langsung dengan Rd Apun Tjahya Hendraningrat, Ketua Yayasan Talagamanggung
http://altekcomputermbojo.blogspot.com/2008/12/sejarah-kerajaan-talaga-pasca-masuknya.html
http://khairulummah.multiply.com/journal/item/1/Sejarah_Ringkas_Talaga_Manggung
http://kiwaras.blogspot.com/2008/01/sejerah-talaga.html
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berikut adalah orang-orang yang mendapat tugas mengurus benda-benda Pusaka Karuhun Talaga, yang selanjutnya mereka disebut para sesepuh Talaga:
1. Pangeran Sumanagara (1820-1840), putra sulung Pangeran Arya Sacanata II;
2. Nyi Raden Anggrek (1840-1865), putri Pangeran Sumanagara;
3. Raden Natakusumah (1865-1895), putra Nyi Raden Anggrek;
4. Raden Natadiputra (1895-1925), putra Raden Natakusumah;
5. Nyi Raden Masri’ah (1925-1948), putri Raden Natadiputra;
6. Raden Acap Kartadilaga (1948-1970), suami Nyi Raden Masri’ah;
7. Nyi Raden Madinah (1970-1993), putri Daden Acap Kartadilaga;
8. Nyi Raden Padnalarag (1993-2014), putri Nyi Raden Madinah
9. Raden Apun Tjahya Hendraningrat (2014-sekarang) putra Nyi Raden Padnalarang
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber:
Wawancara langsung dengan Rd Apun Tjahya Hendraningrat, Ketua Yayasan Talagamanggung
http://altekcomputermbojo.blogspot.com/2008/12/sejarah-kerajaan-talaga-pasca-masuknya.html
http://khairulummah.multiply.com/journal/item/1/Sejarah_Ringkas_Talaga_Manggung
http://kiwaras.blogspot.com/2008/01/sejerah-talaga.html
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar