Minggu, 12 Maret 2017

SITUS BATU PALUNGGUHAN




BATU PALUNGGUHAN TALAGA, tanda tempat Penobatan Raja Dan Putra Mahkota Kerajaan Talaga





“Batu Palungguhan Talaga ” ini, merupakan situs peninggalan  cagar budaya , yang sangat penting dalam Sejarah Kerajaan Talaga,  dimana batu tersebut merupakan tanda  tempat Penobatan Raja dan Putra Mahkota di Kerajaan Talaga.
Belum diketahui sejak kapan batu tersebut mulai digunakan.

BATU PALUNGGUHAN KINI BERADA DI
HALAMAN MUSEUM TALAGAMANGGUNG


Batuan andesit berbentuk persegi panjang dengan dimensi total :
PxLxTbl =  164,0cm x 49,0cm x 14,0cm 

Tersimpan dihalaman Museum Talagamanggung.
batu ini berbentuk persegi panjang dengan permukan bagian muka terdapat bitik bitik lubang yang tak beraturan.


Dimensi Batu Palungguhan Talaga


Batu serupa  juga dapat kita temui di beberapa tempat di tempat tempat bersejarah di Jawabarat dan Banten ,diantaranya  :
Batu Pentasbih di Mesjid depan Keraton Surosowan Banten dan Batu Palunguhan di Astana Gede Kawali , dimana keduanya mempunyai fungsi yang sama yaitu , tanda tempat dinobatkannya Raja dan Putra Mahkota.




Catatan bersejarah dari Kerajaan Pajajaran menyebut batu andesit empat persegi panjang berukuran 190 cm x 121 cm dengan tebal 16,5 cm ini dengan sebutan Watu Gilang. Serat Banten mengatakan bahwa Watu Gilang berasal dari Kerajaan Pajajaran yang ditaklukkan oleh Kesultanan Banten tahun 1579. Watu Gilang kemudian dipindahkan ke kawasan Banten Lama oleh Panembahan Yusuf atas perintah ayahnya Hasanuddin.
Babad Banten menyebutkan pula bahwa Watu Gilang dahulu pernah digunakan sebagai tempat bertapa Batara Guru Jampang. Terdapat pula batu serupa yang disebut Watu Singayaksa yang digunakan untuk mengumumkan titah atau peraturan sultan oleh seorang ulama.
Batu Watu Gilang menjadi simbol kebesaran tempat penobatan dan pentasbihan sultan-sultan Banten. Saat ini Watu Gilang diletakkan di halaman depan Keraton Surosowan.

Batu Palungguhan Raja Raja Galuh di Astana Gede Kawali, tempat dinobatkannya Raja Raja dan Putra Mahkota Kerajaan Galuh - Kawali.


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata


Tidak ada komentar:

Posting Komentar