Rabu, 22 Agustus 2018

PRASASTI SANGHIYANG TAPAK CIANJUR

HUBUNGAN NTARA PRASASTI SANGHYANG TAPAK, PRABU JAMPANGMANGGUNG (CIANJUR) DAN TALAGAMANGGUNG (TALAGA-MAJALENGKA)






Beberapa jam yang lalu, saya dapat email dari salah seorang tokoh budaya Kabupaten Cianjur, isinya mengajak saya berdiskusi antar ke tiga temuan yang saya tulis di judul postingan ini..
brikut ini beberapa tulisan pemerhati sejarah budaya cianjur yang saya temukan di berbagai blog
============================

PAHATAN tapak kaki kiri tergambar pada batu hitam berukuran sekitar 30x14 cm. Kehadiran batu bergambar tersebut hampir tak kentara, tertutupi semak belukar dan rerumputan, serta pohon tumbang dan ranting-ranting berserakan.

"Orang-orang sini mengenalnya sebagai Sanghyang Tapak,” kata Hendrawan (37), penduduk Cianjur.
Sanghyang Tapak terletak tepat di puncak Gunung Mananggel, bukit berketinggian sekitar 800 meter dpl (dari permukaan laut). Kendati populer, tetapi penduduk kota tauco itu jarang mengetahui asal-usul Sanghyang Tapak. Yana (59), menyatakan bahwa kaki kiri itu dahulu kala konon milik seorang sakti yang menguji ilmu kanuragannya. “Ia meloncat-loncat dari satu gunung ke gunung lainnya, bahkan konon tapak kaki kanannya ada di Gunung Geulis,” ujarnya seraya menunjuk bukit besar lain, tetangganya Gunung Mananggel.

Penjelasan masuk akal baru didapatkan dari K.H. Djalaluddin Isaputra (49), tokoh masyarakat setempat. Menurut lelaki yang akrab dipanggil Ustadz Jalal tersebut, Sanghyang Tapak merupakan tapak kaki Resi Pananggel alias Pangeran Laganastasoma, salah satu keturunan raja-raja Jampang Manggung, kerajaan yang didirikan Prabu Kujang Pilawa pada tahun 330 saka (sekitar tahun 406-407 M). Jadi, keberadaannya jauh mendahului Kabupaten Cianjur yang baru didirikan pada 1677.
Tetapi, dalam catatan sejarah resmi tentang kota Cianjur, nama Jampang Manggung tak pernah disebut. Bahkan, dalam Sajarah Cianjur Sareng Raden Jayasasana Dalem Cukundul karya Bayu Surianingrat dituliskan bahwa saat Dalem Cikundul baru datang ke Cianjur, situasi kawasan itu sama sekali belum diatur oleh suatu pemerintahan resmi dan masih berupa hutan rimba yang hanya dihuni sekelompok jawara. Lantas dari mana datangnya nama Jampang Manggung tersebut? (www.historiana.id)
============================

Penggalan tulisan diatas membuat penasaran saya , dimana dalam akhir artikel diatas ada kalimat " Lantas dari mana datangnya nama Jampang Manggung tersebut ?"
praduga awal :

didalam artikel diatas. dikatakan bahwa, yang pertama menemukan (menemukan kembali) daerah tersebut adalah Eyang dalem cikundul. lantas siapakah eyang dalem cikundul ????
eyang dalem cukundul yang bernama asli Rd Arya Wiratanudatar , adalah Putra Rd Arya Wangsa Goparana (eyang dalem sagalaherang subang) yang merupakan anak kandung dariPrabhu Agung Arya kikis (sunan Wanaperih) Talaga-Majalengka.

Semntara saya menyimpulkan , bahwa nama wilayah tersebut bisa jadi diberi nama oleh dalem cikundul yang mengambil dari nama gelar leluhurnya di talaga yaitu TALAGA MANGGUNG, sehingga menjadi JAMPANG MANGGUNG. mengingat penyematan nama Manggung untuk gelar raja hanya ada di talaga majalanegka sejak abad ke 13m.

Ternyata Prasasti sanghyang Tapak ini juga, tidak hanya ada di kabupaten Cianjur, tetapi juga ditemukan 2 prasasti yang berhubungan di tepi sungai cicatih-cibadak Sukabumi. da tiga buah prasasti yang masih berhubungan juga di temukan di kampung Bantar Muncang dan kampungPangcalikan kabupaten Sukabumi.

Derikut ini adalah isi prasasti Sangyang Tapak selain gambar Telapk kaki kiri
Isi tiga prasasti pertama (menurut Pleyte):

D 73: //O// Swasti shakawarsatita 952 karttikamasa tithi dwadashi shuklapa-ksa. ha. ka. ra. wara tambir. iri- ka diwasha nira prahajyan sunda ma-haraja shri jayabhupati jayamana- hen wisnumurtti samarawijaya shaka-labhuwanamandaleswaranindita harogowardhana wikra-mottunggadewa, ma-
D 96: gaway tepek i purwa sanghyang tapak ginaway denira shri jayabhupati prahajyan sunda. mwang tan hanani baryya baryya shila. irikang lwah tan pangalapa ikan sesini lwah. Makahingan sanghyang tapak wates kapujan i hulu, i sor makahingan ia sanghyang tapak wates kapujan i wungkalagong kalih matangyan pinagawayaken pra-sasti pagepageh. mangmang sapatha.
D 97: sumpah denira prahajyan sunda. lwirnya nihan.

Terjemahan
Selamat dan sejahtera. Pada tahun Saka 952, bulan Kartika pada hari ke-12th bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, Wuku Tambir. Hari ini adalah hari dimana raja kerajaan Sunda, Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramottunggadewa, membuat tanda tapak di bagian timur Sanghiyang Tapak. Dibuat oleh Sri Jayabupati raja kerajaan Sunda. Tidak ada seorangpun yang boleh melanggar aturan ini. Di bagian sungai ini tidak boleh menangkap ikan, di kawasan pemujaan Sanghyang Tapak dekat hulu sungai. Jauh hingga ke batas Sanghyang Tapak yang ditandai dua pohon besar. Demikanlah tulisan ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah kerajaan Sunda.
Piagam persumpahan raja ditulis di atas prasasti keempat (D 98). Terdiri atas 20 baris, sumpah ini memanggil semua kekuatan gaib, dewata (hyang) dari langit dan bumi untuk membantu menjaga dan melindungi mandat sang raja. Siapa saja yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh segenap makhluk halus, mati dengan cara yang mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, ususnya dihancurkan, dan dada dibelah dua. Prasasti ini ditutup dengan kalimat, "I wruhhanta kamung hyang kabeh" (Oh ketahuilah kamu sekalian hyang).

============================================


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar