Sabtu, 25 Agustus 2018

SANG MAHA PATIH AGUNG "ARYA SARINGSINGAN"



Ilustrasi Mahapatih Agung Arya Saringsingan


Sepenggal Kisah
Tokoh Patriotik Negri Talaga.
Oleh: Asep AsDHA Singhawinata
=====================++
Tersebutlah Ratu Sunialarang (1500 - 1550m) Yang bersuamikan Rd Pucuk Umum.(Cucu Prabu Siliwangi) Mempunyai Putra. Rd Haurkuning Kakak Rd Arya Kikis .Dan Rd.Arya Kikis sendiri merupakan Penerus tahta ke V Kerajaan Talaga.

Dari Rd Haur Kuning (Prabu Haur Kuning) yang menikahi Nyimas Dewi Tanduran Tanjung Putri ( terah Raja Galuh Pakuan) inilah, terlahir sesosok pemuda tangguh berparas tampan dan gagah berani yang bernama "Rd Ulun Parancaherang" yg lahir th1559m

"Rd Ulun Parancaherang" tetap tinggal di Keraton Talaga, meskipun sang ayah menjadi Penguasa Galuh Pakuan bagian selatan. Beliau tetap menjadi patriot sejati di tanah tumpah darahnya mengabdikan diri untuk NegriTalaga.
Awal karier beliau adalah menjadi anggota Prajurit Puragabaya, di masa Pemerintahan pamannya. Prabu Arya Kikis.

Tahun 1577 ketika "Rd Ulun Parancaherang" berusia 18 thn. Terjadilah penyerangan Pasukan.Koalisi Demak dan Cirebon ke Negri Talaga.
Sengketa ini Diawali dangan ikut campur Demak untuk menarik upeti dari Talaga melalui Cirebon, sedangkan Talaga , merasa bukan negara jajahan.Akhirnya permintaan Cirebon-Demak untuk menarik upeti dari Talaga diabaikan.
Merasa tak dihiraukan, maka koalisi pasukan Cirebon-Demak tiba-tiba menyerang Talaga, dan terjadilah peperangan hebat antara Pasukan Talaga yang dipimpin langsung oleh Arya Kikis dan keponakannya "Rd Ulun Parancaherang" melawan pasukan Koalisi Cirebon dan Demak.
Di medan jurit, walau prajurit-prajurit Talaga yang dibantu ketat oleh puragabaya yang dipimpin oleh "Rd Ulun Parancaherang" serta pendekar-pendekar dari padepokan-padepokan dan pesantren-pesantren Islam. jumlah pasukan dan senjatanya lebih kecil dibandingkan jumlah serta kekuatan Koalisi Cirebon-Demak, namun berkat kesigapan dan Strategi perang "Rd Ulun Parancaherang" pasukan Talaga dengan penuh semangat terus mengadakan perlawanan. Akhirnya semua pasukan Cirebon-Demak dapat diusir ke luar dari wilayah Talaga.

Kejadian itu menimbulkan penyesalan dari kedubelah pihak. karena peperangan itu terjadi karna kesalah pahaman belaka maka tak lama dari kejadian itu diadakan petisi perdamaian yang dilselenggarakan di salah satu keraton talaga yang terletak di wilayah Ciburang (kec Cingambul sekarang) yang dihadiri oleh para petinggi negri talaga dan utusan dari negri tetangga yang di tengahi oleh Kanjeng Sunan Gunungjati Cirebon.
Sesuai dengan kesepakatan pada musyawarah di Keraton Ciburang (pasca peperangan Talaga dan demak). yang diselenggarakan oleh raja-raja Galuh Pakuan dan Talaga beberapa waktu sebelumnya, Kanjeng Sinuhun Cirebon berucap:" bahwa peperangan itu sungguh ditakdirkan Allah, tetapi bukan merupakan perang agama, sebab di Jawadwipa hanya pernah ada satu perang agama, yaitu antara Demak dan Majapahit. Terjadi Perang Talaga hanya karena tindakan keliru pasukan Cirebon dan Demak."
Kemudian Syarif Hidayatullah mengizinkan Pangeran Arya Kikis untuk bertafakur di kampungnya, yaitu Leuweung Wana yang selanjutnya disebut Wanaperih, dengan hasrat untuk mendalami Islam. Sementara itu Kerajaan Talaga tetap berdiri secara mandiri; ada pun kepemimpinannya diwakilkan oleh "Rd Ulun Parancaherang" hingga pemerintahan talaga dilanjutkan.oleh putra mahkota talaga yg bernama Rd Apun surawidjaya setelah wafatnya arya kikis.
Pada pemerintahan Rd Apun Surawidjaya.1590 m "Rd Ulun Parancaherang" tetap menjadi penasehat keraton . Sekaligus diangkat menjadi Maha Patih Agung Talaga. Dg gelar "ARYA SARINGSINGAN"
Beberapa prestasi beliau adalah. Berhasil menerapkan ketatanegaraan di negri talaga. Diantaranya beliau mengangkat pejabat setingkat menteri untuk menangani bidang masing masing.Diantaranya
1.Bidang Kebudayaan: Mbah Buyut Nayaga
2.Bidang Keagamaan: Kyai Santri Kuning
3.Bidang Kesehatan: Raden Ama Ucuk
4.Bidang Pertanian: Kyai Latief
5.Panglima Perang: Kyai Sabit
6.Ponggawa Gapura: Eyang Koral
Selain itu beliau juga berhasil menempatkan batalion pertahanan di beberapa daerah strategis yang dipimpin oleh perwira tinggi dg gelar Singha.
Diantaranya : 

Di daerah cicanir dipimpin oleh Arya Dinata dengan gelar Singhadinata.
Di daerah cikijing dipimpin oleh Arya Mukti Winata dg gelar Singhawinata
Di daerah cingambul dipimpin oleh Singhawadana.
 
Arya Saringsingan wafat pada usia ke 84 th ketika itu masih menjabat sebagai sesepuh sekaligus Maha Patih Agung Negri Talaga pada masa kepemimpinan Sunan Ciburuy.
Beliau dimakamkan di Desa Banjarangirang, Kec. Banjaran kabupaten Majalengka.

Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar