Rabu, 29 Agustus 2018

SEJARAH CIKIJING - MAJALENGKA



"TJIKIDJING"  (Cikijing) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan ini teletak di wilayah selatan Kabupaten Majalengka berjarak 35 Km dari ibu kota kabupaten melalui Maja Utara. , Maja Selatan, Banjaran Dan Talaga

Ibu kota Kecamatan Cikijing berada di Desa Cikijing. Ibukota kecamatan ini berada di jalur strategis karena dilintasi Jalur Utama Majalengka – Ciamis dan Cirebon – Kuningan – Ciamis sehingga cukup ramai di bandingakan kecamatan lainnya di wilayah selatan Kabupaten Majalengka.
Selain itu Lokasi Cikijing berbatasan dengan Tiga kabupaten , yaitu Majalengka, Kuningan dan Ciamis.


Pusat Kota Cikijing - Majalengka Tahun 2017


Suasana Tjikidjing (Cikijing) 
di photo pada tahun 1800. oleh Fhotografer Belanda


Kecamatan Cikijing teletak di wilayah selatan Kabupaten Majalengka. Wilayahnya berada di ketinggian antara 550-1450 meter diatas permukaan air laut (DPL). Di sebelah utara dan tengah merupakan lereng Gunung Gegerahalang di sisi selatan Gunung Ciremai sedangkan di bagian timur terdapat Perbukitan Panenjoan-Pangenteran. Wilayah selatan merupakan dataran rendah yang diduga merupakan bekas Danau Purba Cikijing Kecamatan Cikijing juga merupakan hulu Sungai Cilutung yang alirannya bermuara ke Sungai Cimnauk.

I. Masa Prasejarah
Secara khusus memang belum ada peneliatian yang lebih spesifik, tapi berdasarkan analisa para pemerhati sejarah Budaya dan mereka yang peduli terhadap Lingkungan, kuat dugaan bahwa sekitar + 7.000 tahun yang lalu, Cikijing merupakan Hamparan Danau yang terbentuk berbarengan dengan terbentuknya gunung Ciremai generasi ke 2 (gn api geger halang)


Peta Kuno yang menggambarkan adanya Danau Purba
di Cikijing-Majalengka


Kemudian akibat terjadi letusan Gunung Api Geger Halang itu membentuk kaldera yang memunculkan Gunung Cereme sekarang. Di sinyalir terjadi pendangkalan danau yang berada di Cikijing dan karna pendangkalan itu, hamparan danau berubah menjadi Rawa/embel (ranca bhs sunda). Hingga saat ini sisa sisa (ranca) Rawa trersebut masih dapat di temukan di jalan raya cikijing arah ke Kabupaten Ciamis tepatnya terletak di blok Cimukti, Desa Sukamukti Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka. Dan hingga kini pula, tempat tersebut sering disebut wilayah Ranca Cikijing.


Ilustrasi Danau Purba di Cikijing - Majalengka


Danau Purba Cikijing ini berada di ketinggian 600-650 mdpl dengan luas ± 115.635.191 m² yang membentang dari timur hingga ke barat, di ujung barat dari danau ini mengalir sungai Cilutung dan sebelah selatan mengalir pula sebuah sungai ke arah ciamis yang sekarang sudah hilang dan mungkin berubah jadi jalan raya Cingambul-Ciamis. Sungai sungai ini berfungsi sebagai tempat buangan air dari danau purba tersebut.
(penggalan kalimat dari : hutanrimbun.wordpress.com)



Kompleks Sawahlega yang terdapat Ranca (rawa-rawa) 
bekas Danau Purba Cikijing

II. Masa Kerajaan Talagamanggung

Banyak orang yang mengetahui, bahwa di Kabupaten Majalengka bagian selatan, pernah berdiri sebuah Kerajaan besar yang bernama Kerajaan Talaga, di tahun 1300 m. Dan dikarnakan pada masa Kejayaan Kerajaan Talaga dipimpin oleh seorang raja yang bernama Darmasuci II yang bergelar Prabhu Agung Talaga Manggung, maka hingga hari ini Kerajaan tersebut lebih dikenal dengan sebutan Kerajan Talaga Manggung.

Di era kerajaan Talagamanggung , keberadaan wilayah Cikijing sangat erat kaitannya, dengan Perjalanan Kerajaan Talagamanggung. diantaranya adalah :

a. Awal mula berdirnya Kerajaan Talaga
Kesepakatan para sejarahwan, dan para pemerhati Sejarah Budaya Sunda, menyepakati bahwa. awal mula Kerajaan Talaga didirikan oleh Raja Guru Rhakeyan Sudhayasa di Gunung Bitung desa Wangkelag Kemantren Cingambul, Kecamatan Cikijing, dan karena perubahan undang undang daerah dengan dihilangkannya kemantren (Perwakilan Kecamatan) maka wilayah tersebut masuk kedalam wilayah Kecamatan Cingambul.

Berdasarkan naskah Kitab Pustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara (parwa III sargah 2 ) Karya Pangeran Wangsakerta Cirebon (Thn. 1677 M) juga di tulis bahwa :
Putra raden surya dewata ada beberapa orang, salah satu diantaranya raden sudhayoca (sudhayasa) atau bathara ghunung bitung di sebutnya// raden sudhayasa menjadi pengamal agung budhayana sarwastiwada di ghunung bitung // salah satu putra barthara ghunung bitung adalah raden darmasuci setelah dia berhenti menjadi raja guru budhayana sarwastiwada di negri talaga // setelah darmasuci meninggal maka yang menggantikannya adalah Prabhu Talagamanggung.

Penggalan terjemahan diatas jelas menyatakan bahwa cikal bakal Kerajaan Talagamanggung diawali dengan dibentuknya sebuah padepokan di satu gunung yang bernama Gunung Bitung,

untuk lebih mengetahui tentang Gunung bitung klik


Gunung Bitung di fhoto dari jalan Desa Wangkelang



b. Bidang Pertahanan Wilayah Kerajaan Talaga
Pada era Arya Kikis abad ke 15M, Cikijing juga pernah dijadikan Benteng Pertahanan Militer oleh pemerintah Kerajaan Talaga, masing masing Benteng Pertahanan itu di pimping oleh seorang petinggi militer (Puragabaya) dengan gelar singha. mereka masing masing ditempatkan di :

1. Banjaransari dipimpin oleh (Singha Rante)
2. Cikijng - Sukamukti (Eyang Adeg Mukti yang bergelar Singha Winata)
3. Sukaraos - Cidulang (Singha Diwangsa)
4. Cingambul - Ciranjeng (Singha Wadana)
hal itu dibukrtikan dengan adanya situs situs makam kuno di daerah tersebut.

c. Bidang Pertanian Kerajaan Talaga
Dilihat dari jenis birokrasinya, Kerajaan Talaga merupakan satu Kerajaan yang menganut Sistem Birokrasi Agraris. hal ini dikarnakan Kerajaan Talaga yang tertelak di daerah Pegunungan, sehingga secara ekonomi, untuk kemakmuran Negri Talaga , Kerajaan Talaga menitik beratkan pada sektor Pertanian dan Perkebunannya.

Dalam hal ini Wilayah Cikijing menjadi Lumbung Padi yang sangat diandalkan oleh Kerajaan Talaga saat itu.. Dan hingga saat ini beberapa luas wilayah pertanian Cikijing masih menjadi sawah Keluarga Besar Keturunan Raja /Ratu Kerajaan Talaga.
Tempat tersebut masing masing berada di wilayah Desa Sindang Kecamatan Cikijing dan sawah yang berada di perbatasan antara Kecamatan Cikijing dan Kecamatan Cingambul.

Masyarakat Cikijing masih menyebut daerah tersebut dengan sebutan Sawah Raja Talaga.

III. Penamaan Cikijing

a. Naskah Tekait
Menelisik Naskah Kuno. Silsilah Prabu Siliwangi (SPS)
ternyata disana tertuliskan beberapa tokoh Negri Talaga era Batara Gunung Bitung 1300m hingga era Rd Apun Surawijaya 1600an

Pada bait ke 35 <3b> ada catatan yang menyebutkan seorang tokoh (Sang Rantaka Dalem Nalakerti)
Tokoh ini lantas menjadi kepenasarana saya untuk terus menelisik, siapa itu Dalem Nalakerti(?)

beberapa tradisi lisan yang berkembang di Talaga, Nalakerti merupakan nama tokoh yang masih populer hingga sekarang,



Kutifan naskah Sarisilah Prabhu Silihwangi 
Koleksi Museum Talagamanggung


b. Siapakah Raden Nalakerti/Nalakartti/Nalagati ?
Nalakerti yang tertulis di naskah Sarisilah Prabhu Silihwangi adalah seorang tokoh yang memberikan nama Cikijing Pada sebuah wilayah di selatan Kota Kerajaan Talaga. dan karena Karena dialek daerah yang khas, Nama Nalakerti sering Tersebut dengan sebutan NALAGATI.

Beberapa cerita masyarakat Cikijing, mempercayai bahwa penamamaan Cikijing di berikan oleh seorang tokoh agama asal Nagari Caruban (Cirebon) yang bernama Eyang Nalagati (Nalakerti)

Beliau adalah tokoh penting dari Nagari Caruban (Cirebon) yang merupakan (Santri) Murid kepercayaannya Kanjeng Sunan Gunung Jati Cirebon yang didatangkan oleh Rd Ranggamantri (Rd, Pucuk Umum) bin Mudingsari Ageung Bin Pamanah Rasa (Prabhu Silihwangi) yang mana Rd. Ranggamantri adalah Suami dari Ratu Talaga yang bernama Ratu Sunialarang, sekaligus Rd. Ranggamantri juga menjabat sebagai Mahapatih Agung Talaga. beliau mendatangkan Eyang Nalagati ke Talaga untuk mengajarkan bab bab ajaran Agama Islam di sekitar Keraton Kerajaan Talaga.

Setelah dirasakan cukup memberikan ilmu agama kepada para keluarga besar Keraton Kerajaan Talaga kala itu, Eyang Nalagati berpamitan dengan maksud kambali ke Nagari Caruban untuk melanjutkan pembelajarannya pada kanjeng dalem Sunan Gunung Jati.

Jika kedatangan Eyang Nalagati melalui lintasan jalur Rajagaluh - Maja - Banjaran sampai ke Talaga, maka kepulangan Eyang Nalagati menuju Nagari Caruban menggunan jalur lintasan melalui Parunggangsa (Campaga), Lemah Abang(Cikeusal-Talaga), Sidaraja (Cingambul), jahim hingga terus kearah selatan, dan sampailah pada satu Ranca (rawa-rawa).

Tersebutlah di pinggir rawa itu , beliau merasa kelelahan akibat perjalanan yang lumayan jauh, hingga beliau berhenti sejenak sambil menikmati pamandangan indah di sana .

Suasana alam dipinggiran rawa itu dirasakan sangat indah, sehingga Eyang Nalagati memutuskan untuk bermukim di sana, dan karena di rawa tersebut banyak dijumpai hewan kerang (darat) yang mana penduduk sekitar menyebutnya KIJING, maka Eyang Nalagati menyebutnya wilayah itu dengan sebutan Tjikidjing . (CIKIJING).


Kijing (Pilsbryoconcha exilis) adalah salah satu kerang air tawar 
 yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan dari hasil perairan. 
 Hingga saat ini Kijing banyak ditemukan di sawah dan rawa (ranca) bekas Danau Purba Cikijing . 
Kijing dapat dijadikan santapan lezat dan murah. 
Selain itu kijing mengandung banyak 
protein yang di perlukan untuk kesehatan.


Koleksi Tropenmuseum - Belanda menceritakan
"Tiga Anak Warga Belanda" yang di fhoto di Jembatan berkontruksi bambu
di Jalan Cikijing arah Kuningan Jawabarat Tahun 1918


Eyang Nalagati tidak hanya tinggal di wilayah itu tapi beliau juga mendirikan Mesjid sekaligus mengajarkan ajaran Agama Islam kepada penduduk sekitar, Mesjid yang beliau dirikan Terletak di blok Ahad Desa Cikijing dan diakui sebagai mesjid pertama di Kabupaten Majalengka.,
Hingga saat ini Mesjid tersebut masih ada , tapi sayangnya seluruh bangunannya sudah direnovasi, sehingga nilai - nilai sejarahnya sudah hilang. kini masjid tesebut dinamakan Masjid Pusaka Attaqwa.



Ilustrasi Mesjid Pusakayang di bangun oleh Eyang Nalagati
di Cikijing - Majalengka


Eyang Nalagati sempat melaksanakan Ibadah Haji ke Negri Arab di Timur Tengah, sepulangnya dari Perjalanan Ibadah Haji , Eyang nalagati Diberi Nama Kiyai Hadji Abdul Fatah . 
(Abdul Fatah = Bapak Pembuka).
 
Penulis sedang memberikan Pemaparan Sejarah Eyang Nalagati
di Komplek Pemakaman Eyang Nalagati
Desa Cikijing Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka


Untuk menghormati Jasa Jasa Beliau maka Pemerintahan Desa dan Kecamatan Cikijing, mengabadikan nama K.H Abdul Fatah pada ruas jalan Provinsi Cikijing - Kuningan , yang merupakan lintasan utama jalur Majalengka - Kuningan.

Perspektif Pasar Moderen Cikijing yang sedang di bangun (th.2018)
 di Jl. KH. Abdul Fatah Kecamatan Cikijing

yang mana jalan ini merupakan
Pusat Perekonomian di Kecamatan Cikijing
========================================

Sumber :
Tropenmuseum
Museum Talagamanggung
Tatangmanguni.wordpress.com
Grup Fb Madjalengka Baheula
wawancara dengan Sesepuh Cikijing
wawancara dengan Sesepuh Talaga
hutanrimbun.wordpress.com

=================================================================


TULISAN INI DIDEDIKASIKAN UNTUK CIKIJING DESA KU TERCINTA TEMPAT KELAHIRANKU....

Ilove You my Vilage ❤❤❤❤❤❤❤


Tentang Penulis:



Sampurasuuun........

Sebagai seorang Budayawan & Pemerhati Sejarah Sunda, sudah selayaknya saya membuat artikel tentang Kecamatan Cikijing dan Sekitarnya , sebagai ungkapan rasa cinta saya terhadap kampung halaman saya.
Saya lahir dan di besarkan di Blok cirawa Desa Cikijing Kecamatan Cikijing,







Asep Asdha Singhawinata
Penulis / Pemerhati Budaya








17 komentar:

  1. Sae kang kangge pengetahuan ank cucu urang sangkan teu hilap k asal usul

    BalasHapus
  2. hatur nuhun kang rere hadi , mugi manfaat malah mandar teu pareumeun obor...

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah kenging pencerahan sajarah majalengka nu arang beritana bih mefia cetak komo media elektrinikmah, hatur nuhun pa haji, diantos penelusuran sajarah nu aya kaitana saeeng majalengka....

    BalasHapus
    Balasan
    1. sami sami kang.. mangga bika artikel nu sanesna di https://museumtalagamanggung.blogspot.com/ seueur artikel nu aya pakuat pakaitna sareng bsejarah talaga majalengka

      Hapus
  4. Alhamdilah setelah sekian lama rasa penasaran saya tentang siapa kh abdul fatah bisa terjawab di sini, terimakasih kang

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih telah mampir ke blog Museum talagamanggung, semoga bermanfaat ...

      Hapus
  5. Mantap, siapa tau bisa membuat artikel sejarah malausma, nuhum

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah nambah wawasan tentang cikijing ...cikijing ginding
    Titip salam kanggo keluarga nu d cirawa ..iim / wa uum

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah nambah wawasan tentang cikijing ...cikijing ginding
    Titip salam kanggo keluarga nu d cirawa ..iim / wa uum

    BalasHapus
  8. Asalamualaikum.... punten ka sadayana bade naros ken di desa cikijing ada ustdzah perempuan ngga y soal nya ada penting

    BalasHapus
  9. Hatur nuhun, masih ay keneh nukersa ngamumule budaya sunda.

    BalasHapus
  10. saya pernah dengar dari teman bhwa pada msa revolusi pernah dikeluarkan uang kertas daurat Cikijing,mungkin Dewan Harian Angkatan 45 bisa menjelaskan. AA.Sumana ,pemerhati sejarah daeraah

    BalasHapus
  11. Alhamdulillah reues pisan pangersa🙏🏻👍🏻

    BalasHapus
  12. Asalamualaikum kang
    Izin,boleh gk kalo cerita diatas saya rangkum untuk keperluan chanel youtube saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. silahkan kang dengan catatanmenyebutkansumberveritanya

      Hapus