Rabu, 29 Maret 2017

PINTU GEBYOG KUNO TALAGA





Pintu "Lawang Gede" (Gebyog) Kuno Talaga





Pada buku “Carioan Prabu Siliwangi” editan ( Viviane Sukanda, Sunarto, Tessier ) yang di terbitkan oleh "Lembaga Penelitian Perancis untuk Timur Jauh " /Ecole Francaise d’Extreme-Orient.
Terdapat gambar tiga buah pintu kayu ukiran yang khas dan pada keterangan dibawahnya dikatakan :


//“La Grande porte” de pajajaran (de seyff 1858 : 382) trois panneaux en teck, belle sculpture, inclu chacun dans une porte. Tresor de Talaga. Cette porte rappelle la nauvelle de la disparition de Rajasanu se repandant dans tout le pays de pajajaran et le depart de chevaliers et bupati a sa recherche//
Terjemahan :
//Pintu Besar “Lawang Gede” Pajajaran (de seyff 1858 : 382) tiga helai papan jati berukiran indah dijadikan tiga batang pintu Pusaka Talaga. Pintu tersebut mengingatkan berita hilagnya Raja sanu yang tersebar keseluruh negri Pajajaran, serta berangkatnya ksatria dan bupati untuk mencarinya//




Photo Pintu Gebyog Kuno Talaga di Museum Batavia





Di Museum “Batavia” ada (foto?) “pintu gebyog” (pintu besar dan lebar), yang terbuat (tampaknya) dari kayu jati, Tidak jelas pasti, memang, apakah itu pintu gedung keraton Talaga. Yang pasti, dalam tulisan di foto itu jelas-jelas ditunjukkan itu berasal dari Talaga (“door from Talaga, Cheribon”).
( Kajian Bpk Tatang M Amirin, pada blog : https://tatangmanguny.wordpress.com )

Jika kita perhatikan gambar diatas jelas tertulis Door From Talaga Cheribon . (Pintu dari Talaga Cirebon) Pintu ini kemungkinan besar di buat pada tahun 1700 - 1800-an dan pertama kali dipublikasikan ke luar , oleh sejarahwan belanda tahun 1860.
analisa sementara kami, melihat kemegahan (kemewahan) pintu itu , pintu tersebut adalah bekas pintu Istana Kerajaan Talaga pada era Raja ke X Kerajaan Talaga

Hingga sekarang beberapa sisa kepingan pintu tersebut masih terpasang di salah satu kamar Bhumi Ageung Talaga.

==================================================

Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
klik di

Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

Senin, 27 Maret 2017

MERIAM CETBANG








Cetbang (Medieval Swivel Cannon)
Abad Ke 12 M


Data:
Benda ini di foto pada : 21 Maret 2020
Fotografer : Indra Gunawan & Ade Nurdiana
Editing : M. Aria Bishma Fz
Lokasi Pemotretan : Museum Talagamanggung
No Inv : -
Koleksi : Museum Talagamanggung
Origin :Talaga - Indonesia




Catatan :

Meriam mulai dikenal di Nusantara sejak abad ke-14,
Dari bentuknya, meriam dibedakan menjadi beberapa macam , yakni :

Meriam bumbung,
Meriam coak (Cetbang)
Meriam lela.
Meriam Rantaka

Meriam bumbung berbentuk seperti bumbung bambu.

Sementara meriam coak (CETBANG) , mendapat nama itu karena bagian pangkal meriam terbuka atau terkuak. Dalam dialek Betawi terbuka atau terkuak disebut coak.
Bentuk ketiga disebut "Meriam Lela", Ukurannya lebih kecil daripada meriam-meriam di atas, namun modelnya menarik. Meriam lela digunakan dan dibunyikan pada saat upacara, misalnya dalam pengangkatan seorang raja, menerima tamu penting, melamar calon pengantin, dan menghormati kematian orang terpandang.

Menurut fungsinya, meriam dibedakan menjadi tiga macam, yakni :

- Meriam Kapal.
Meriam kapal biasanya berlaras pendek dan berukuran besar, namun dapat menembak lebih jauh
- Meriam Benteng.
Meriam benteng berukuran paling besar dan berat, biasanya ditempatkan di setiap sudut benteng atau di sepanjang pantai.
- Meriam Artileri.
Meriam artileri umumnya berukuran sedang dan kecil serta mudah dibawa atau didorong saat perang.

Beberapa meriam dilengkapi dengan ragam hias. Selain untuk memperindah meriam, juga mempunyai makna dan arti tertentu, misalnya berupa lambang dan tulisan. Lambang atau tulisan dimaksudkan sebagai jatidiri meriam tersebut, sehingga bermanfaat untuk para peneliti. Biasanya yang tertera adalah tahun pembuatan, asal meriam, dan nama penguasa waktu itu.

Menurut Ketua Yayasan Talagamanggung Simbarkantjana . Rd Apun Tjahya HN, sampai dengan tahun 1980, di Museum Talagamanggung terdapat beberapa buah meriam yang berhiaskan kepala naga, namun sayang kini meriam tersebut tidak diketahui keberadaannya.

Di Talaga Terdapat beberapa buah meriam berbagai ukuran yang kini masih tersimpan di Museum Talagamanggung. Keberadaan meriam di Talaga, kuat dugaan , meriam tersebut adalah meriam CETBANG. asli buatan Nusantara ,
berdasarkan beberapa catatan sejarah. meriam Cetbang, merupakan senjata Modern yang pernah dimiliki oleh kerajaan Majapahit pada masa jayanya.
hingga detik ini, belum diketahui asal usul, mengapa Meriam cetbang bisa bersada di talaga, apakah sebagai rampasan, hadiah, atau hasil pembelian alutsista di jaman kerajaan TALAGA.

Pada awalnya Masyarakat Talaga Khususnya , umumnya masyarakat Jawabarat, menganggap , bahwa Meriam besar yang menjadi koleksi MUSEUM TALAGAMANGGUNG, adalah Meriam peninggalan colonial Belanda ketika menguasai wilayah Talaga .
Namun setelah di teliti lebih seksama ternyata sangat mirip dengan Meriam yang berada di halaman MUSEUM BALI yang berjudul “CETBANG MAJAPAHIT”.
-artikel terkait-
Cetbang (Cet-Bang) merupakan senjata sejenis meriam yang diproduksi dan digunakan pada masa Kerajaan Majapahit (1293 sampai 1527 M) dan (kerajaan-kerajaan di Nusantara setelahnya.)
Berbeda dengan meriam eropa dan timur tengah pada umumnya, cetbang terbuat dari perunggu adajuga logam berlapis prungu. dan memiliki kamar dan tabung peluru di bagian belakang.
Cetbang diperkirakan diproduksi dan dipergunakan di Majapahit pada saat invasi tentara Kubilai Khan dari Tiongkok di bawah pimpinan Ike Mese yang bekerjasama dengan Raden Wijaya saat menggulingkan Kertanagara pada tahun 1293.
Cetbang Itu sendiri bukan sandraan ataupun pemberian dari negara lain..
Melainkan asli "madein" Nuswantara yang di produksi diproduksi di Rajekwesi, Bojonegoro.
Sedangkan bahan peledaknya menggunakan bahan peledak campuran dari POTASIUM NITRAT, CARBON (ARANG) DAN BELERANG Atau yang lebih dikenal dengan bahan dasar mesiu kuno.
bahan peledak ini pun di buat di nuswantara (asli buatan jawa) di daerah swatantra biluluk (daerah Lamongan sekarang).
(dari : berbagai sumber)

Sisa sisa peninggalan maha karya agung Nusantara ini berada di :
1. Museum Bali, Denpasar, Bali. Meriam Bali kategori Cetbang ini terdapat di pelataran Museum Bali.
2. Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika Serikat. Meriam yang tersimpan disana diperkirakan berasal dari abad ke 14, terbuat dari perunggu dan berdimensi 37,7x16 inchi atau panjang 0,96 meter dan lebar 0,4 meter.
3. Pantai Dundee, Northern Territory, Australia pada 2 Januari 2010. Dari hasil riset oleh Department of Arts & Museum, Northern Territory Government disimpulkan bahwa meriam cetbang yang ditemukan terbuat dari perunggu diperkirakan berasal dari abad ke-16, sebelum penemuan benua Australia oleh penjelajah Inggris James Cook. Setelah dibandingkan dengan meriam kecil lain dari Eropa maupun asia, meriam kecil tersebut lebih mendekati model meriam kecil dari Asia Tenggara (meriam Ternate, meriam makassar, meriam bali) dibandingkan dari model eropa. Sehingga terdapat kemungkinan meriam tersebut berasal kapal makassar/bugis yang terdampar atau mendarat untuk mengambil air bersih di pantai utara Australia.

4. Meriam kuno jenis Cetbang yang ditemukan di Pulau Selayar (Foto: Sharben Sukatanya - Selayar) Dusun Bissorang, Kabupaten Kepualauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Terdapat peninggalan meriam kuno berjenis Cetbang yang diperkirakan berasal dari zaman Majapahit. Meriam ini dalam kondisi yang cukup baik dan dirawat oleh warga setempat. Warga setempat menyebut cetbang ini ba'dili atau Papporo Bissorang.
5. Meriam Cetbang dan beberapa jenis meriam lainnya yang masih tersimpan dan terawat di 
MUSEUM TALAGAMANGGUNG , KEC TALAGA KAB MAJALENGKA JAWABARAT.




Beberapa bentuk Meriam Koleksi Museum Talagamanggung

Rujukan :
Team Peneliti Sejarah Budaya Talaga
Ketua Yayasan Talagamanggung
Berbagai Sumber



Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
klik di
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata



Jumat, 24 Maret 2017

KERE (BAJU ZIRAH) TALAGA


Baju Kere Talaga.
Kere ini difhoto oleh Sejarahwan Belanda : Isidore Van Kinsbergen
Pada tahun 1860


Kondisi Terkini Baju Kere Talaga
(10 Maret 2017)

Data:
Benda ini di foto pada : 10 Maret 2017
Fotografer : Indra Gunawan & Ade Nurdiana
Editing : M. Aria Bishma Fz
Lokasi Pemotretan : Bhumi Ageung Museum Talagamanggung
No Inv : -
Koleksi : Museum Talagamanggung
Origin :Talaga - Indonesia

Baju Kere (Baju Zirah) adalah pakaian atau lapisan pelindung yang dikenakan untuk melindungi tubuh dari senjata atau benda yang dapat memberi luka fisik.

Istilah zirah identik dengan pakaian perlindungan untuk berperang pada zaman dahulu,
Baju Kere yang tersimpan di Museum Talagamanggung merupakan baju perang tanpa lengan (rompi ) berbahan lempengan logam Tempa dengan ukuran 10 x 15 cm hingga beberapa lempengan yang lebih kecil dari itu, yang disatukan dengan anyaman rantai kecil yang dibentuk sedemikian rupa, sehingga melindungi tubuh dari bahu hingga lutut. dan baju kere ini dipergunakan oleh Arya Saringsingan di era Raja Talaga ke IX.
Namun sangat disayangkan kondisi baju kere di Museum Talagamanggung sudah tidak beraturan ada beberapa lempengan yang sudah aus karena dimakan usia.


Ilustrasi : Gambaran utuh Baju Kere Talaga

Temuan Prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris : yang isinya menggambarkan bahwa kala itu raja Sri Purnawarman mempunyai baju Kere (zirah) yang tidak bisa ditembus oleh senjata musuh musuhnya.

Berikut ini isi Prasasti Tarumanagara :
"shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam".

Terjemahannya menurut Vogel :
"Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya".

Artikel terkait :




Een koperen maliënkolder in Telaga bij Cheribon
Maker
fotograaf: Isidore van KinsbergenVervaardigingsjaar oktober 1863 - april 1864Vervaardigingsplaats
Telaga, IndonesiëType object foto's Afmetingen
verdedigingsmiddelen en bescherming


sumber :


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
klik di
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata




Rabu, 22 Maret 2017

MUSEUM TALAGA MANGGUNG





Terletak di sebuah hutan kecil di Desa Talagawetan Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka, “Museum Talagamanggung” merupakan tempat penyimpanan benda benda peninggalan masa kejayaan Kerajaan Talaga.

Gerbang Utama Museum Talagamanggung





Pada era Raja ke X Kerajaan Talaga ,Raja Talaga kala itu bernama Rd Adipati Swarga . mendirikan satu tempat untuk melaksanakan tatanan Pemerintahan di daerah Kagok Desa Talagawetan . tempat itu kemudian disebut disebut Bhumi Ageung, yang sekarang menjadi rumah peninggalan Kebudayaan Talaga, dan kini menjadi rumah pribadi para keturunan Raja / Ratu Talaga.


Bhumi Ageung Talaga bekas peninggalan Rd Adipati Swarga
di photo pada Tgl 1 April 2017


Tepat disebrangnya Beliau mendirikan sebuah bangunan kecil yang fungsinya sebagai gudang tempat penyimpanan senjata dan barang barang penting kerajaan , yang disbut Bhumi Alit..

Sepeninggal Rd Adipati Suwarga, Adipati Wiranata mau dinobatkan sebagai Narpati Talaga tahun 1715 M. muncul protes dari putra Pangeran Kusumayuda yang bernama Pangeran Natadilaga. Natadilaga merasa berhak untuk menjadi narpati Talaga. Melihat kondisi demikian, para sesepuh Talaga segera mengadakan musyawarah dengan keputusan bahwa Talaga harus dibagi dua, yakni:

1. Kesultanan Talagakidul, dipimpin oleh Adipati Wiranata;
2. Kesultanan Talagakaler, dipimpin oleh Pangeran Natadilaga.

Ketika itu pula disepakati bahwa Talaga dibagi menjadi empat sudut mata angin kabupatian yang meliputi:

Kebupatian Talagakidul; dipimpin oleh Pangeran Adipati Sacanata, putra ke-3 Pangeran Adipati Wiranata;
Kebupatian Talagakaler; dipimpin oleh Pangeran Arya Sacadilaga, cucu Pangeran Arya Natadilaga;
Kabupatian Talagawetan; dipimpin oleh Pangeran Kartanagara, putra ke-4 Pangeran Adipati Wiranata;
Kabupatian Talagakulon; dipimpin oleh Dalem Surya Sepuh, cucu Pangeran Adipati Jayawiriya.

Pada awal abad ke-19, pemerintah kolonial Hindia Belanda, tepatnya pada 1806, menjadikan empat Kabupatian Talaga menjadi satu kabupatian (kabupaten) dengan bupatinya Pangeran Arya Sacanata II. Tiga tahun kemudian, yakni 1818 Kabupatian Talaga digabung dengan Kabupatian Sindangkasih menjadi Kabupaten Majalengka yang dikenal sekarang.

Sesuai dengan rencana Hindia Belanda, pengggabungan dua kabupaten itu mengharuskan bupati pindah dari Talaga ke Majalengka. Pangeran Sacanata II sebagai Bupati Majalengka ketika itu menolak untuk meninggalkan Talaga dan akhirnya dipensiunkan oleh Belanda dengan hak jasa pensiun sebidang tanah sawah selebar lima puluh bahu. Dengan demikian Pangeran Sacanata II (Eyang Regasari) mendapat julukan Bopati Panungtung Talaga.

Karena sejak pasca penggabungan antara Kabupatian Talaga dan Sindangkasih tidak ada yang memegang kekuasaan secara politik, maka para sesepuh Talaga bermusyawarah untuk menentukan orang yang akan memegang dan mengurus benda-benda pusaka karuhun (leluhur) Talaga. Disepakatilah bahwa yang berhak mengurus benda-benda itu adalah keturunan yang memunyai hubungan langsung dari Pangeran Sacanata II dari pihak anak laki-laki, jika anak laki-laki tidak ada maka pihak perempuan pun diperbolehkan asal jika memunyai anak laki-laki maka pengurusan benda pusaka harus kembali dipegang pihak laki-laki.

Dan sejak saat itulah Bhumi Alit berubah fungsi menjadi “Museum Talagamanggung.”

Berikut adalah orang-orang yang mendapat tugas mengurus benda-benda Pusaka Karuhun Talaga, yang selanjutnya mereka disebut para sesepuh Talaga:

1. Pangeran Sumanagara (1820-1840), putra Sulung Pangeran Arya Sacanata II;
2. Nyi Raden Anggrek (1840-1865), putri Pangeran Sumanagara;
3. Raden Natakusumah (1865-1895), putra Nyi Raden Anggrek;
4. Raden Natadiputra (1895-1925), putra Raden Natakusumah;
5. Nyi Raden Masri’ah (1925-1948), putri Raden Natadiputra;
6. Raden Acap Kartadilaga (1948-1970), suami Nyi Raden Masri’ah;
7. Nyi Raden Madinah (1970-1993), putri Daden Acap Kartadilaga;
8. Nyi Raden Padnalarag (1993-2014), putri Nyi Raden Madinah
9. Raden Apun Tjahya Hendraningrat (2014-sekarang) putra Nyi Raden Padnalarang

Peninggalan arkeologi yang ditemukan di berbagai daerah bekas wilayah Kerajaan Talaga , baik milik peroranagn maupun artefak yang diketemukan di berbagai situs, sekarang menjadi koleksi Museum Talagamnggung. Diantara koleksi tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Patung Perunggu
- patung simbar kancana (masih ada)
- pating raden panglurah (masih Ada)
- patung ambet kasih (sudah tidak ada)
- Patung prabu siliwangi (sudah tidak ada)
- Patung sanghyang sri (sudah tidak ada)
- Patung prabhu Talagamanggung (sudah tidak ada)

Koleksi Patung Prunggu Talaga, baik yang masih ada
atau pun yang sudah tidak ada di Museum Talagamaggung

2. Senjata pusaka
- Keris
- Kujang
- Tombak
- Baju perang (jirah)
- Meriam CETBANG  
- Mariam peninggalan kolonial belanda
- Pataka Talaga (sudah tidak ada)




Aneka bentuk Tombak Talaga Koleksi Museum Talagamanggung


Aneka bentuk Keris koleksi Museum Talagamanggung


Mariam "CETBANG"  Koleksi Museum Talagamanggung


3. Mata Uang Gobog



Koin Gobog


4. Benda seni dan Budaya Talaga
- Lonceng / Genta
- Cawan air suci
- Teko air suci
- Guci logam
- Gamelan goong renteng
- Tongkat seni hujungan
- Guci tempayan keramik
- Peralatan dapur dll



Gamelan Goong Renteng Koleksi
Museum Talagamanggung


Aneka bentuk Keramik (Terracotta)
koleksi Museum Talagamanggung

Aneka benda seni dan budaya Talaga Koleksi
Museum Talagamanggung


Bangunan utama Museum Talagamangung dipergunakan sebagai ruang pamer benda benda peninggalan Kerajaan Talaga, selain itu terdapat sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kebudayaan Talaga. Tempat tersebut dinamakan Bale Sawala Agung.


Ruang Pamer Museum Talagamnggung


Bale Sawala Agung Museum Talagamanggung

Di halaman depan museum terdapat dua buah batu, lingga yoni dan batu palungguhan raja ratu talaga, sementara di samping halaman belakang ruang pamer Museum talagamanggung terdapat leuit kemendeti dan beberapa bangunan adat Khas Talaga.




Lingga Yoni di halaman Mueseum Talagamanggung


Batu palungguhan Raja & Putra Mahkota Talaga
di halaman Museum Talagamaggung





Bale Riung Talaga


Leuit Kemendetti Talaga


Rumah Adat Talaga

Peninggalan adat tradisi Talaga yang masih rutin dilaksanakan di lingkungan Museum Talagamanggung yaitu tradisi "Nyiramkeun benda Pusaka Talaga "
Nyiramkeun adalah, sebuah prosesi membersihkan benda peninggalan kerajaan talaga.
Tradisi ini rutin diselenggarakan pada hari senin tanggal akhir di bulan safar setiap tahunnya .ritual nyiamkeun ini merupakan salah satu bentuk penghormatan dan bentuk pelestarian masyarakat Talaga terhadap benda benda warisan nenek moyangnya ..



PROSESI NYIRAMKEUN 
GOONG RENTENG



PROSESI NYIRAMKEUN
 PATUNG SIMBAR KANCANA
==============================================

Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

Sabtu, 18 Maret 2017

LEUIT KEMENDETTI





LUMBUNG PADI LEUIT KEMENDETI
LEUIT KHAS TALAGA


REFLIKA LEUIT KEMENDETI
DI HALAMAN MUSEUM TALAGAMANGGUNG TALAGA


JENIS : LUMBUNG PADI (LEUIT)
NAMA : LEUIT KEMENDETTI

ERA : - S/D 1858
UKURAN : 2 X 3 M

KOLEKSI : Museum Talagamanggung


DESKRIPSI :

LUMBUNG (Leuit Kemendetti) ini pernah di ulas oleh de Seyff seorang peneiti asal Prancis, beliau mengatakan, leuit ini berada di sebuah rumah besar (Bhumi Ageung )di Talaga.
Kemendetti istilah untuk sebuah tempat yang artinya milik para raja.. leuit kemendetti berari lumbung tempat penyimpanan hasil pertanian milik Kerajaan. namun sangat disayangkan. leuit kemendetti di halaman Bhumi Ageung talaga sudah tidak ada,
Tapi pada tahun 2016 di bangun kembali reflika leuit kemendetti di halaman samping museum Talagamanggung dan batu pondasi leuit, masih menggunakan bekas peninggalan leuit yang aslinya.
(sumber cariosan prabu siliwngi // viviane suganda)



Ilustrasi :
upacara penyerahan hasil pertanian , untuk di dimpan di dalam Leuit


Data:
Benda ini di foto pada : 10 Maret 2017
Fotografer : Indra Gunawan & Ade Nurdiana
Editing : M. Aria Bishma Fz
Lokasi Pemotretan : Museum Talagamanggung
No Inv : -
Koleksi : Museum Talagamanggung
Origin :Talaga - Indonesia


Rujukan :
Team Peneliti Sejarah Budaya Talaga &
Ketua Yayasan Talagamanggung




Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata











“BENDA PENINGGALAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN , BUKAN WARISAN DARI NENEK MOYANG KITA, TAPI MERUPAKAN TITIPAN DARI ANAK CUCU UNTUK KITA JAGA KELESTARIANNYA, SATU SAAT MERAKA AKAN MENANYAKAN HAK MEREKA UNTUK IKUT MELESTARIKAN DAN MEMPELAJARI PERADABAN SEJARAH BUDAYA LUHUR DARI NENEK MOYANGNYA”

Kamis, 16 Maret 2017

PEDANG ARYA SARINGSINGAN





JENIS : PEDANG

NAMA : PEDANG ARYA SARINGSINGAN

PAMOR : --

TANGGGUH : sepuh

ERA : -  ARYA SARINGSINGAN (ket  dari : Abah Sobana pemelihara benda pusaka Museum Talagamanggung)


UKURAN : 48.0cm

KOLEKSI : MUSEUM TALAGAMANGGUNG

DESKRIPSI : pedang ini masih dalam keadaan utuh dan terawat , handle pedang terbuat dari kayu sonokeing berbentuk kepala harimau,
konon pedang ini digunakan oleh para pemimpin pasukan perang Kerajaan Talaga pada zaman Arya Saringsingan

Data:
Benda ini di foto pada : 10 Maret 2017
Fotografer : Indra Gunawan & Ade Nurdiana
Editing : M. Aria Bishma Fz
Lokasi Pemotretan :Bhumi Ageung komplek Museum Talagamanggung
No Inv : -
Koleksi : Museum Talagamanggung
Origin :Talaga  -  Indonesia

Rujukan :
Team Peneliti Sejarah Budaya Talaga &
Ketua Yayasan Talagamanggung


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata





“BENDA PENINGGALAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN , BUKAN WARISAN DARI NENEK MOYANG KITA, TAPI MERUPAKAN TITIPAN DARI ANAK CUCU UNTUK KITA JAGA KELESTARIANNYA, SATU SAAT MERAKA AKAN MENANYAKAN HAK MEREKA UNTUK IKUT MELESTARIKAN DAN MEMPELAJARI PERADABAN SEJARAH BUDAYA LUHUR DARI  NENEK MOYANGNYA”

PEDANG KAWALI



JENIS : PEDANG

NAMA : PEDANG KAWALI

PAMOR : --

TANGGGUH : sepuh

ERA : -  SUNAN PARUNG (ket  dari : Abah Sobana pemelihara benda pusaka Museum Talagamanggung)


UKURAN : 52,5cm

KOLEKSI : MUSEUM TALAGAMANGGUNG

DESKRIPSI : Dinamakan   "Pedang Kawali" karena pedang ini merupakan hadiah cendramata sebagai tanda persaudaraan dari para petinggi kerajaan galuh (kawali)  , untuk para pejabat kerajaan Talaga.

Data:
Benda ini di foto pada : 10 Maret 2017
Fotografer : Indra Gunawan & Ade Nurdiana
Editing : M. Aria Bishma Fz
Lokasi Pemotretan :Bhumi Ageung komplek Museum Talagamanggung
No Inv : -
Koleksi : Museum Talagamanggung
Origin :Talaga  -  Indonesia

Rujukan :
Team Peneliti Sejarah Budaya Talaga &
Ketua Yayasan Talagamanggung

Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata



“BENDA PENINGGALAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN , BUKAN WARISAN DARI NENEK MOYANG KITA, TAPI MERUPAKAN TITIPAN DARI ANAK CUCU UNTUK KITA JAGA KELESTARIANNYA, SATU SAAT MERAKA AKAN MENANYAKAN HAK MEREKA UNTUK IKUT MELESTARIKAN DAN MEMPELAJARI PERADABAN SEJARAH BUDAYA LUHUR DARI  NENEK MOYANGNYA”

PEDANG CUPU MANIK



JENIS : PEDANG

NAMA : PEDANG CUPU MANIK

PAMOR : --

TANGGGUH : sepuh

ERA : -  Darmasuci II (ket  dari : Abah Sobana pemelihara benda pusaka Museum Talagamanggung)


UKURAN : 58.0cm

KOLEKSI : MUSEUM TALAGAMANGGUNG

DESKRIPSI : pedang ini masih dalam keadaan utuh dan terawat , handle pedang terbuat dari tulag binatang (?) yang diukir halus.
konon pedang ini digunakan oleh para pemimpin pasukan perang Kerajaan Talaga.
Pedang ini awal mula dketemukan di situs bersejarah Kabuyutan Gunungmanik , Kecamatan Talaga

Data:
Benda ini di foto pada : 10 Maret 2017
Fotografer : Indra Gunawan & Ade Nurdiana
Editing : M. Aria Bishma Fz
Lokasi Pemotretan :Bhumi Ageung komplek Museum Talagamanggung
No Inv : -
Koleksi : Museum Talagamanggung
Origin :Talaga  -  Indonesia

Rujukan :
Team Peneliti Sejarah Budaya Talaga &
Ketua Yayasan Talagamanggung


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata



“BENDA PENINGGALAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN , BUKAN WARISAN DARI NENEK MOYANG KITA, TAPI MERUPAKAN TITIPAN DARI ANAK CUCU UNTUK KITA JAGA KELESTARIANNYA, SATU SAAT MERAKA AKAN MENANYAKAN HAK MEREKA UNTUK IKUT MELESTARIKAN DAN MEMPELAJARI PERADABAN SEJARAH BUDAYA LUHUR DARI  NENEK MOYANGNYA”

TOMBAK TALAGA



JENIS : TOMBAK

NAMA : BERBAGAI BENTUK TOMBAK DI TALAGA

PAMOR : --

TANGGGUH : --

ERA : -

UKURAN :  cm

KOLEKSI : MUSEUM TALAGAMANGGUNG

DESKRIPSI : --



Berbagai bentuk tombak yang masih tersimpan di Museum Talagamanggung


Data:
Benda ini di foto pada : 10 Maret 2017
Fotografer : Indra Gunawan & Ade Nurdiana
Editing : M. Aria Bishma Fz
Lokasi Pemotretan :Bhumi Ageung komplek Museum Talagamanggung
No Inv : -
Koleksi : Museum Talagamanggung
Origin :Talaga  -  Indonesia

Rujukan :
Team Peneliti Sejarah Budaya Talaga &
 Ketua Yayasan Talagamanggung

Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata



“BENDA PENINGGALAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN , BUKAN WARISAN DARI NENEK MOYANG KITA, TAPI MERUPAKAN TITIPAN DARI ANAK CUCU UNTUK KITA JAGA KELESTARIANNYA, SATU SAAT MERAKA AKAN MENANYAKAN HAK MEREKA UNTUK IKUT MELESTARIKAN DAN MEMPELAJARI PERADABAN SEJARAH BUDAYA LUHUR DARI  NENEK MOYANGNYA”

TOMBAK TUMPRE RINGHAS





JENIS : TOMBAK

NAMA : TUPRE RINGHAS

PAMOR : BENDA SEGADA

TANGGGUH : kamardikan

ERA : -

UKURAN : 28.0 cm

KOLEKSI : MUSEUM TALAGAMANGGUNG



DESKRIPSI :

Data:
Benda ini di foto pada : 10 Maret 2017
Fotografer : Indra Gunawan & Ade Nurdiana
Editing : M. Aria Bishma Fz
Lokasi Pemotretan :Bhumi Ageung komplek Museum Talagamanggung
No Inv : -
Koleksi : Museum Talagamanggung
Origin :Talaga  -  Indonesia

Rujukan :
Team Peneliti Sejarah Budaya Talaga &
 Ketua Yayasan Talagamanggung


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata


“BENDA PENINGGALAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN , BUKAN WARISAN DARI NENEK MOYANG KITA, TAPI MERUPAKAN TITIPAN DARI ANAK CUCU UNTUK KITA JAGA KELESTARIANNYA, SATU SAAT MERAKA AKAN MENANYAKAN HAK MEREKA UNTUK IKUT MELESTARIKAN DAN MEMPELAJARI PERADABAN SEJARAH BUDAYA LUHUR DARI  NENEK MOYANGNYA”

TOMBAK PLERET





JENIS : TOMBAK

NAMA : TOMBAK PLERET

PAMOR : DHANDANG NGELAK

TANGGGUH : kamardikan

ERA : -

UKURAN : 29.0 cm

KOLEKSI : MUSEUM TALAGAMANGGUNG

DESKRIPSI :-

Data:
Benda ini di foto pada : 10 Maret 2017
Fotografer : Indra Gunawan & Ade Nurdiana
Editing : M. Aria Bishma Fz
Lokasi Pemotretan :Bhumi Ageung komplek Museum Talagamanggung
No Inv : -
Koleksi : Museum Talagamanggung
Origin :Talaga  -  Indonesia

Rujukan :
Team Peneliti Sejarah Budaya Talaga &
 Ketua Yayasan Talagamanggung



Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata


“BENDA PENINGGALAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN , BUKAN WARISAN DARI NENEK MOYANG KITA, TAPI MERUPAKAN TITIPAN DARI ANAK CUCU UNTUK KITA JAGA KELESTARIANNYA, SATU SAAT MERAKA AKAN MENANYAKAN HAK MEREKA UNTUK IKUT MELESTARIKAN DAN MEMPELAJARI PERADABAN SEJARAH BUDAYA LUHUR DARI  NENEK MOYANGNYA”

KOIN KUNO "GOBOG"





Jenis : ALAT TUKAR KUNO

Nama : KOIN GOBOG (UANG KUNO )

Era : abad ke  - 

Bahan Material : BERBAGAI LOGAM

Dimensi :

PANJANG Total : 

Diameter : -


Deskripsi : 


Gobog adalah sebutan masyarakat pulau jawa untuk mata uang kuno yang sebagaian besar bergambar tulisan (cina, jepang , vietnam) bahkan ada beberapa jenis yang bergambar, wayang , naga, dll.  dan pada bagian tengahnya bolong bulat atau bolong persegi.

Mula mula gobog digunakan sebagai alat tukar yang sah.. namun setelah berakhirnya masa kekaisaran emperor hsuan tsung ad 1821 - 1850, koin gobog ini beralih fungsi menjadi alar perlegkapan ritual budaya di berbagai wilayah nusantara, termasuk di kerajaan talaga.
smentara di bali, kion jenis ini disebut "pis blong" atau "pis kepeng"


Data:
Benda ini di foto pada : 14 April 2017
Fotografer : H Asep Deni H.A
Lokasi Pemotretan : Bhumi Ageung Komplek Museum Talagamanggung
No Inv :-
Koleksi : Museum Talagamanggung
Origin :Talaga  -  Indonesia

Rujukan :
Team Peneliti Sejarah Budaya Talaga
Kel Besar Yayasan Talagamanggung


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata



“BENDA PENINGGALAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN , BUKAN WARISAN DARI NENEK MOYANG KITA, TAPI MERUPAKAN TITIPAN DARI ANAK CUCU UNTUK KITA JAGA KELESTARIANNYA, SATU SAAT MERAKA AKAN MENANYAKAN HAK MEREKA UNTUK IKUT MELESTARIKAN DAN MEMPELAJARI PERADABAN SEJARAH BUDAYA LUHUR DARI  NENEK MOYANGNYA”







TONGKAT ROTAN "UJUNGAN"

KET : GAMBAR ATAS , TONGKAT UJUNGAN PENINGGALAN  KERAJAAN TALAGA ERA RAJA SUNAN CIBURUY
GAMBAR BAWAH : ILUSTRASI SENI SAMPYONG DAN UJUNGAN DI JAWABARAT




Jenis : ALAT KESENIAN

Nama : TONGKAT "UJUNGAN" SUNAN CIBURUY

Era : abad ke  - 

Bahan Material : ROTAN 7 RUAS

Dimensi :

PANJANG Total : 85 CM 

Diameter : -


Deskripsi : 


Ujungan adalah Seni Beladiri yang mengkhususkan pada penggunaan stick rotan / tongkat howe atau stick bambu /tongkat awi atau iteuk. Panjang tongkat yg digunakan bervariasi tergantung aliran, mulai dari 50 cm, 60 cm, 70 cm, 80 cm dan 90 cm.
Ujungan adalah salah satu seni beladiri yg ada di Tatar Sunda. Konon sudah ada sejak jaman Aki Tirem dari kerajaan Salakanagara abad 1 M.
Ujungan tersebar di seluruh “bekas” daerah kerajaan Sunda, termasuk daerah yg disebut sebagai Nusa Kalapa. Nusa Kalapa terbentang antara Tangerang, Jakarta/ Betawi, Bekasi, sampai ke perbatasan Karawang.
Ketika terjadi penyerbuan Fatahillah ke Sunda Kalapa, penduduk setempat bertahan dari erangan tersebut di bawah pimpinan tokoh setempat yg dikenal sebagai jago Ujungan yaitu Wak Item.

Varian Ujungan
Ada ratusan aliran/ style Ujungan. Secara Umum Ujungan bisa dibagi menjadi dua style berdasarkan geografis yaitu : gaya pesisir dan gaya pedalaman.
Gaya Pesisir berkembang di daerah pesisir sejak Banten, Betawi, Bekasi, sampai ke Karawang. Gaya pedalaman berkembang di pedalaman Tatar Sunda seperti di daerah Priyangan Timur (Bandung, Garut, Tasikmalaya, Kawali, Talaga,  Majalengka, dll).
Sementara di Kabupaten Majalengka kesenian ini dikenal dengan nama "Seni Sampyong"



(SUMBER DESKRIPSI : https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000011028000/seni-beladiri-ujungan-macan-ngawahan-ti-trah-panjalu--sundanese-art-of-stickfighting/)



Data:
Benda ini di foto pada : 14 April 2017
Fotografer : H Asep Deni H.A
Lokasi Pemotretan : Bhumi Ageung Komplek Museum Talagamanggung
No Inv :-
Koleksi : Museum Talagamanggung
Origin :Talaga  -  Indonesia

Rujukan :
Team Peneliti Sejarah Budaya Talaga
Kel Besar Yayasan Talagamanggung

Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata




“BENDA PENINGGALAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN , BUKAN WARISAN DARI NENEK MOYANG KITA, TAPI MERUPAKAN TITIPAN DARI ANAK CUCU UNTUK KITA JAGA KELESTARIANNYA, SATU SAAT MERAKA AKAN MENANYAKAN HAK MEREKA UNTUK IKUT MELESTARIKAN DAN MEMPELAJARI PERADABAN SEJARAH BUDAYA LUHUR DARI  NENEK MOYANGNYA”