Kamis, 23 April 2015

PRASASTI KEBON KOPI

PRASASTI KEBON KOPI 1



Nama Prasasti : PRASASTI TAPAK GAJAH
Material : Batu Andesit
Bentuk :  Tidak beraturan
Dimensi :
·         --

Jenis Tulisan : Palawa
Bahasa : Sangsakerta

Keterangan :
Pada prasati ini dipahatkan gambar sepasang telapak kaki Gajah Airawata
Berdasarkan mitologi Hindu, “Airawata” sendiri merupakan nama untuk seekor gajah tunggangan Batara Indra, Dewa Perang dan Penguasa Guntur.

Isi Tulisan :
~~ jayavisalasya tarumendrasya hastinah ~~
Airwavatabhasya vibhatidam ~ padadvayam

Terjemahan Tulisan :
“disini Nampak tergambar sepasang telapak kaki … yang seperti Airawata, gajah penguasa trauma yang agung dalam… dan(?) kejayaan”

Koleksi : Situs Prasasti Ciaruteun, komplek Perkebunan Kopi Desa Ciaruteun Ilir, Kec Bungbulang, Kab. Bogor

Ditemukan oleh : para pekerja penebangan perkebunan kopi ciaruteun Ilir – bogor pada awal abad ke 19

Origin : Bogor – Indonesia

Rujukan dari berbagai sumber

 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------

PRASASTI KEBON KOPI 2

Nama Prasasti : PRASASTI PASIR MUARA
Sangat disayangkan, prasasti ini telah hilang  ada yang mencuri sekitar tahun 1940
Beruntung seorang pakar belanda yang bernama : F.D.K Bosch sempat mempelajari isi tulisan yang dipahatkan di prasasti tersebut

Jenis Tulisan : Malayu Kuno
Bahasa : Malayu Kuno

Keterangan : --

Isi Tulisan :
 “ini sabdakalanda rakryang juru pengambat I kawihaji panyaca pasagi marsandeca ~ berpulihkan hajiri sunda

Terjemahan Tulisan :
 “batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan juru pangambat pada tahun 458 saka (932M) bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan raja sunda”

Koleksi : Situs Prasasti Ciaruteun, Desa Ciaruteun Ilir, Kec Bungbulang, Kab. Bogor

Ditemukan oleh : para pekerja penebangan perkebunan kopi ciaruteun Ilir – Bogor pada awal abad ke 19 di kampung Pasir Mara –Bungbulang Bogor

Origin : Bogor – Indonesia

Rujukan dari berbagai sumber


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata


PRASASTI CIARUTEUN


PRASASTI CIARUTEUN




Nama Prasasti : PRASASTI CIARUTEUN

Material : Batu Andesit

Bentuk :  Tidak beraturan

Dimensi :
·         Berat : 800kg

Jenis Tulisan : Palawa

Bahasa : Sangsakerta

Keterangan :
Pada prasati ini dipahatkan gambar sepasang telapak kaki manusia, yang melambangkan kekuasaan Raja atas daerah tempat diketemukannya prasasti tersebut. Dan merupakan bentuk ketegasan bahwa Kedudukan Sang Raja Purnawarman diibaratkan sebagai Dewa Wishnu, yang dianggap sebagai penguasa dan pelindung rakyat

Isi Tulisan :
vikkrantasyavanipat eh
srimatah purnnavarmmanah
tarumanagararendrasya
visnoriva padadvayam


Terjemahan Tulisan : 
Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki dewa wishnu (pemelihara)
Ialah telapak yang mulia sang Purnawarman
Raja di negri trauma
Raja gagah berani di dunia


Koleksi : Situs Prasasti Ciaruteun, Desa Ciaruteun Ilir, Kec Bungbulang, Kab. Bogor

Ditemukan oleh : Pimpinan Bataaviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Museum Nasional sekarang) tahun 1863 M.

Origin : Bogor – Indonesia

Rujukan dari berbagai sumber


 -------------------------------------------------------------------------------------------

Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata


PRASASTI KAWALI


Kawali Ciamis (MTm Online). Senin 21/04/15.
Kerajaan Galuh merupakan kerajaan yang erat sekali hubungannya dengan Kerajaan Talaga, pendiri Kerajaan Talaga yang bernama Batara Gunung Bitung adalah cucu dari Prabu Ajiguna Linggawisesa, yang merupakan Raja di Kerajaan Galuh tahun (1333-1340m).

Oleh sebab itu saya dan team mengadakan perjalanan (Nyukcruk Galur Mapay Raratan)red, menyelusuri runtuyan keturunan ke Situs Astana Gede Kawali Ciamis Jawabarat, sekirat 45km ke selatan dari Lokasi Gedung Museum Talagamanggun,. dimana di situlah terdapat artefak benda peninggalana para raja Sunda Galuh dari tahun 1333 s/d th 1482 M…





Keberadaan situs ini pertamakali diketemukan oleh Gubernur Jendral T.S Raffles pada tahun 1811-1816. Yang kemudian dibuka berbagai penelitiannya di pulau jawa,termasuk tentang prasasti kawali, dalam buku (History of java 1817)
Di dalam komplek situs ini tersimpan enam buah prasasti, beberapa batu lingga, bekas alun alun surawisesa, dan kolam kecil yang konon merupakan pemandian suci para ratu di kawali, dan kolam
ini dinamakan Cikawali dan dari nama inilah nama kota Kawali berasal.

Sebuah pelataran luas
di Komplek Situs Astana Gede kawali
yang disinyalir merupakan
bekas Alun alun Kerajaan Sunda Galuh 




Sumber Mata Air Cikawali
Di Komplek Situs Astana Gede kawali



Berikut ini adalah ke enam prasasti dan keterangannya :

Prasasti Kawali 1




Nama Prasasti : Prasasti Kawali 1

Material : Batu Andesit
Bentuk : Trapesium


Dimensi :
* Panjang : 72 cm
Lebar : 73 cm
Ketebalan : 14,5 cm
Jenis Tulisan : Sunda Kuno

Isi Tulisan :
Bagian Muka :
nihan tapa(k) kawali
nu siya mulia tapa
ina pabu raja wastu
ma*ad*g di kuta kawa
li nu mahayu na kadatuan
surawisesa nu marigi sa
kulili* dayoh nu najur sakala
desa aya ma nu pa(n)dori pakena
gawe rahhayu pakon hobol ja
ya dina buana


Bagian Samping :
hayua diponah-ponah
hayua dicawuh-cawuh
ina n*k*r ina a(*)gr
ina ni(n)cak ia*mpag


Terjemahan Tulisan :


Bagian Muka :
inilah jejak (tapak) (di) Kawali
(dari) tapa beliau Yang Mulia
(bernama) Prabu Raja Wastu
(yang) mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali
yang telah memperindah kraton
Surawisesa, yang (menggali) membuat parit pertahanan
di sekeliling wilayah kerajaan, yang menyuburkan seluruh
permukiman, kepada yang akan datang hendaknya menerapkan
keselamatan sebagai landasan (ke)menang(an)
hidup di dunia


Bagian Samping :
Jangan dimusnahkan
Jangan semena-mena
Ia dihormati ia tetap
Ia diinjak ia roboh

Koleksi : Situs Astana Gede Kawali
Dtemukan oleh : S.T Raffles th 1811-1816
Origin : Kawali - Indonesia
------------------------------------------------------------------------------------------------------------








Prasasti Kawali 2






Nama Prasasti : Prasasti Kawali 2

Material : Batu Andesit
Bentuk : Tidak beraturan


Dimensi :
Lebar : 60 cm
Tinggi :81 cm
Ketebalan :12.5 cm
Jenis Tulisan : Sunda kuno

Isi Tulisan :
aya ma
nu*asi i-
na kawali ba
ni pakena k*
ta b*n*r
pakon nanjor
na juritan

Terjemahan Tulisan :
kepada yang
mengisi tempat
kawali berani
menerapkan
kebenaran
agar bertahan
dalam perjuangan (hidup)

Koleksi :Situs Astana Gede Kawali
Dtemukan oleh : S.T Raffles th 1811-1816
Origin : Kawali – Indonesia
------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Prasasti Kawali 3






Nama Prasasti : Prasasti Kawali 3

Material : Batu Andesit
Bentuk : Tidak beraturan
Dimensi : --
Jenis Tulisan : Sunda kuno

Isi Tulisan :
bani poro ti
gal nu atis
tina rasa aya ma nu
*osi dayoh bawo
Ulah botoh bisi
kokoro

Terjemahan Tulisan :
Berani (menahan) kotoran
Tinggalah isi dari
Rasa kepada yang
Mengisi (kehidupan ) wilayah
Janganlah berlebihan agar tidak
Menderita

Koleksi :Situs Astana Gede Kawali
Ditemukan oleh : Kuncen Situs Astana Gede kawali pada tgl 3 Oktober 1995
Origin : Kawali - Indonesia
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Prasasti Kawali 4






Nama Prasasti : Prasasti Kawali 4 / Prasasti Batu Tapak
Material : Batu Andesit
Bentuk : Tidak beraturan

Dimensi :
· Dimensi atas : 100 cm
· Dimensi bawah : 80 cm
· Lebar sisi kiri : 60 cm
· Lebar sisi kanan : 90 cm
Jenis Tulisan : Sunda kuno

Keterangan :
Pada Prasasti ini dipahatkan 45 kotak masing masing 9 kotak ke samping dan 5 kotak kebawah juga terdapat sebuah pahatan telapak tangan dan sepasang telapak kaki.

Isi Tulisan :
a*gana

Terjemahan Tulisan :
Masih dalam penelitian

Koleksi : Situs Astana Gede Kawali
Ditemukan oleh : S.T Raffles th 1811 - 1816
Origin : Kawali - Indonesia
----------------------------------------------------------------------------------------------------



Prasasti Kawali 5




Nama Prasasti : Prasasti Kawali 5 / Prasasti Batu Panyandungan
Material : Batu Andesit
Bentuk : Tidak beraturan

Dimensi :
· Tinggi 120 cm
Jenis Tulisan : Sunda kuno

Keterangan :
Prasasti ini sebagai tanda tempat di semayamkannya abu “Sang Prabu Lingga Buana” yang Gugur pada peristiwa Palagan Bubat pada hari Selasa,4 September 1357 M.

Isi Tulisan :
sa*hiya*li dan ga hiya

Terjemahan Tulisan :
Masih dalam penelitian

Koleksi : Situs Astana Gede Kawali
Ditemukan oleh : S.T Raffles th 1811 - 1816
Origin : Kawali - Indonesia
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Prasasti Kawali 6






Nama Prasasti : Prasasti Kawali 5 / Prasasti Batu Panyandaan
Material : Batu Andesit
Bentuk : Tidak beraturan

Dimensi :
· Tinggi 120 cm

Jenis Tulisan : Sunda kuno
Keterangan :
Prasasti ini sebagai tanda tempat di semayamkannya abu “Sang Permeswari Dewi Lara Lingsing” yang Gugur pada peristiwa Palagan Bubat pada hari Selasa,4 September 1357 M.

Isi Tulisan :
sa*hiya*li dan ga hiya

Terjemahan Tulisan :
Masih dalam penelitian

Koleksi : Situs Astana Gede Kawali
Ditemukan oleh : S.T Raffles th 1811 - 1816
Origin : Kawali - Indonesia
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :


Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

























RAJA TALAGA KE X


Rd ADIPATI SUWARGA
(Masa transisi Kerajaan Talaga)



MUSEUM TALAGAMANGGUNG


NAMA : Rd Adipati Suwarga

GELAR : Sunan Suwarga

MASA PEMERINTAHAN : 1675 - 1715 Masehi

NAMA ISTRI : 

1. Ratu Losari Cirebon

2. Nyimas Jitra (Nunuk)

NAMA AYAH : Rd Arya Adipati Surawijaya

NAMA IBU : Ratu Kartaningrat

ANAK :

1. Arya Saca Dilaga (dari Ratu Losari Cirebon)
2. Adipati Wiranata (dari Nyimas Jitra Nunuk)



Di Arcakan Sebagai                :Tidak di arcakan
Sumber Rujukan                     : Wawacan Talaga, Wikipedia, Wawacan Nusantara, tatangmanguny.wordpress.com,





CATATAN :

a. Talaga Menjadi Dua Kerajaan

Sepeninggal Rd Adipati Suwarga, Adipati Wiranata mau dinobatkan sebagai Narpati Talaga tahun 1715 M. muncul protes dari putra Pangeran Kusumayuda yang bernama Pangeran Natadilaga. Natadilaga merasa berhak untuk menjadi narpati Talaga. Melihat kondisi demikian, para sesepuh Talaga segera mengadakan musyawarah dengan keputusan bahwa Talaga harus dibagi dua, yakni:

1. Kesultanan Talagakidul, dipimpin oleh Adipati Wiranata;
2. Kesultanan Talagakaler, dipimpin oleh Pangeran Natadilaga.

Ketika itu pula disepakati bahwa Talaga dibagi menjadi empat sudut mata angin kabupatian yang meliputi:
Kebupatian Talagakidul; dipimpin oleh Pangeran Adipati Sacanata, putra ke-3 Pangeran Adipati Wiranata;
Kebupatian Talagakaler; dipimpin oleh Pangeran Arya Sacadilaga, cucu Pangeran Arya Natadilaga;
Kabupatian Talagawetan; dipimpin oleh Pangeran Kartanagara, putra ke-4 Pangeran Adipati Wiranata;
Kabupatian Talagakulon; dipimpin oleh Dalem Surya Sepuh, cucu Pangeran Adipati Jayawiriya.

Keempat bupati dari empat kabupatian Talaga itu mendapat julukan Pangeran Papat, karena dalam satu masa bersama-sama mengurus Talaga.



b. Penggabungan Kabupatian Talaga dengan Kabupatian Sindangkasih



Pada awal bada ke-19, pemerintah kolonial Hindia Belanda, tepatnya pada 1806, menjadikan empat Kabupatian Talaga menjadi satu kabupatian (kabupaten) dengan bupatinya Pangeran Arya Sacanata II. Tiga tahun kemudian, yakni 1818 Kabupatian Talaga digabung dengan Kabupatian Sindangkasih menjadi Kabupaten Majalengka yang dikenal sekarang.

Sesuai dengan rencana Hindia Belanda, pengggabungan dua kabupaten itu mengharuskan bupati pindah dari Talaga ke Majalengka. Pangeran Sacanata II sebagai Bupati Majalengka ketika itu menolak untuk meninggalkan Talaga dan akhirnya dipensiunkan oleh Belanda dengan hak jasa pensiun sebidang tanah sawah selebar lima puluh bahu. Dengan demikian Pangeran Sacanata II (Eyang Regasari) mendapat julukan Bopati Panungtung Talaga.



c. Pengubahan Status Bupati Talaga Menjadi Sesepuh Talaga

Karena sejak pasca penggabungan antara Kabupatian Talaga dan Sindangkasih tidak ada yang memegang kekuasaan secara politik, maka para sesepuh Talaga bermusyawarah untuk menentukan orang yang akan memegang dan mengurus benda-benda pusaka karuhun (leluhur) Talaga. Disepakatilah bahwa yang berhak mengurus benda-benda itu adalah keturunan yang memunyai hubungan langsung dari Pangeran Sacanata II dari pihak anak laki-laki, jika anak laki-laki tidak ada maka pihak perempuan pun diperbolehkan asal jika memunyai anak laki-laki maka pengurusan benda pusaka harus kembali dipegang pihak laki-laki.

Berikut adalah orang-orang yang mendapat tugas mengurus benda-benda Pusaka Karuhun Talaga, yang selanjutnya mereka disebut para sesepuh Talaga:

1. Pangeran Sumanagara (1820-1840), putra sulung Pangeran Arya Sacanata II;

2. Nyi Raden Anggrek (1840-1865), putri Pangeran Sumanagara;

3. Raden Natakusumah (1865-1895), putra Nyi Raden Anggrek;

4. Raden Natadiputra (1895-1925), putra Raden Natakusumah;

5. Nyi Raden Masri’ah (1925-1948), putri Raden Natadiputra;

6. Raden Acap Kartadilaga (1948-1970), suami Nyi Raden Masri’ah;

7. Nyi Raden Madinah (1970-1993), putri Daden Acap Kartadilaga;

8. Nyi Raden Padnalarag (1993-2014), putri Nyi Raden Madinah

9. Raden Apun Tjahya Hendraningrat (2014-sekarang) putra Nyi Raden Padnalarang

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber:
Wawancara langsung dengan Rd Apun Tjahya Hendraningrat, Ketua Yayasan Talagamanggung
http://altekcomputermbojo.blogspot.com/2008/12/sejarah-kerajaan-talaga-pasca-masuknya.html
http://khairulummah.multiply.com/journal/item/1/Sejarah_Ringkas_Talaga_Manggung
http://kiwaras.blogspot.com/2008/01/sejerah-talaga.html

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

Rabu, 22 April 2015

RAJA TALAGA KE IX


Rd ARYA ADIPATI  SURAWIJAYA
(Perkembangan Perekonomian di Talaga)


Mesjid Pusaka di Blok Astana Desa Talagawetan, merupakan Mesjid Pusaka
Peninggalan Kerajaan Talaga era Sunan Ciburuy


NAMA : Rd Arya Adipati Surawijaya

GELAR : Sunan Ciburuy

MASA PEMERINTAHAN : 1635 - 1675 Masehi

NAMA ISTRI  : Ratu Kartaningrat (dari Kasepuhan Cirebon)

NAMA  AYAH : Arya Kikis

NAMA IBU : Tidak diketahui

ANAK                                      :
1.       Pangeran Adipati Suwarga
2.       Pangeran Jayawirya
3.       Pangeran Kusumayudha
4.       Sunan Ciparanje (Subang)
5.       Anonym
6.       Dewi Tilanagara

Di Arcakan Sebagai            :Tidak di arcakan

Sumber Rujukan                 : Wawacan Talaga, Wikipedia, Wawacan Nusantara, tatangmanguny.wordpress.com,


CATATAN :

Raden Arya Adipati Surawijaya dalam melaksanakan tugas pemerintahannya didampingi Sang Patih, Aria Paningsingan,(?) ataukah Arya Saringsingan (?) seorang senapati yang gagah dan berani.

Pada era Raden Arya Surawijaya, tatanan perekonomian di kerajaan talaga sangatlah berkembang dengan pesat, , hingga talaga menjadi jalan perdagangan Negara Negara di pulau Jawa maupun dari Eropa dan tanah China, terbukti dengan adanya peninggalan peninggalan kramik China, mata uang logam dan kain batik jawaan yang masih tersimpan di muaseum selain itu di talaga juga terdapat kuburan kuburan pedagang cina yang bermukim di talaga. 

Di bidang pertanian juga tak kalah pesatnya, terutama tanaman padi dan palawija, hingga kini beberapa bidang pesawahan kuno masih terpelihara di daerah Cikiray Talaga dan Komplek Sawahlega Cikijing.

--------------------------------------------------------------------------------------------------


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

RAJA TALAGA KE VIII

Rd APUN SURAWIJAYA
(Kekerabatan Talaga dengan Cirebon)


GOERIANG BOENTOETAN
ICON/LAMBANG NEGARA TALAGA


NAMA : Rd Apun Surawijaya

GELAR : Sunan Kidul

MASA PEMERINTAHAN : 1590 - 1635 Masehi

NAMA ISTRI  : tidak diketahui

NAMA  AYAH : Arya Kikis

NAMA IBU : Tidak diketahui


ANAK                                      :
1.       Dalem Salawangi
2.       Sunan Cibalagung (cianjur)
3.       Pangeran Surawijaya (Sunan Ciburuy)
4.       Dalem Tahu (Ciparanje)

Di Arcakan Sebagai            :Tidak di arcakan

Sumber Rujukan                 : Wawacan Talaga, Wikipedia, Wawacan Nusantara, tatangmanguny.wordpress.com,



CATATAN :

Ketika masa pemerintahan Raden Apun Surawijaya, Sang Narpati Talaga tetap setia dan patuh pada “Kesepakatan Ciburang” yang telah dibuat oleh para pembesar Talaga maupun Cirebon. Agama Islam dan perasaan satu nenek moyang merekatkan tali persaudaraan dan kekeluargaan kedua kerajaan tersebut.

Sebagai seorang penguasa, Raden Apun Surawijaya berhasil meningkatkan kesejahteraan para petani. Pada masanya berbagai bendungan irigasi dibangun.



------------------------------------------------------------------------

Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

Selasa, 21 April 2015

RAJA TALAGA KE VII

ARYA KIKIS
(Perlawanan Terhadap Demak)
 
Ilustrasi Perang Zaman Kerajaan

NAMA : Arya Kikis
 
GELAR : Sunan Ciburang II / Sunan Wanaperih
MASA PEMERINTAHAN : 1550 - 1590 Masehi
NAMA ISTRI  : Tidak diketahui
NAMA  AYAH : Rd Ranggamantri (Pucuk Umun)
NAMA IBU : Dewi Sunyalarang (Ratu Parung)
Anak         

  • 1.       Delem Kulanata
  • 2.       Dalem Cageur
  • 3.       Rd Apun Surawijaya
  • 4.       Nyi Ratu Radea
  • 5.       Nyi Ratu Putri
  • 6.       Dalem Wangsagoprana

                    
Komplek Situs Mkam Arya Kikis Kecamatan Banjaran
Kabupaten Majalengka


 

Prasasti Pada Gapura di
Komplek Situs Mkam Arya Kikis Kecamatan Banjaran
Kabupaten Majalengka


Narasi .

Setelah Ratu Sunialarang / Ratu  Parung wafat sementara waktu (pejabat sementara)  Tahta Narpati  di Karatuan Talaga diteruskan oleh  Prabu Haur Koneng III pada tahun 1534, karena kala itu Arya Kikis sebagai Putra Mahkota dirasa belum cukup dewasa untuk memimpin Nergri Talaga. 

Tahun 1540 diangkatlah Arya Kikis menjadi Narpati Talaga dan Prabu Haur Koneng III menjadi narpati di Kuningan yang dilanjutkan menjadi narpati di Galuh Pangauban. 

 

Pada masa kedua pemimpin ini mereka menjalankan roda pemerintahan Talaga yang dipusatkan di “Karaton Ciburang” yang lokasinya sekarang terletak di Desa Maniis Kecamatan Cingambul.

Karena itulah Arya kikis mendapat Wastu / Gelar (Sunan Ciburang II) (1)

keterangan ini dapat menjawab kesimpang siuran catatan sejarah di Subang,  yang menyatakan bahwa Rd. Arya Wangsagoparana Putra dari Arya Kikis dan versi lainnya disbut putra dari Sunan Ciburang. 

Perlu di ketahui bahwa sepanjang perjalanan sejarah Karatuan Talaga ada dua Wastu (gelar) “Sunan Ciburang” di generasi yang berbeda. 

Sunan Ciburang I : Rd. Kamana / Ratu Kamana,  putra dari Ratu Rara Dewi Simbarkantjana dan Rd. Kusumalaya

Sunan Ciburang II  : Arya Kikis Putra Ratu Sunialarang dan Rd. Ranggamantri  

Pada tahun 1541 diselenggarakan perundingan “Multilateral” yang dihadiri oleh para petinggi negara negara se Tatar Sunda diantaranya yang tercatat adalah :

-Dari Galuh Pangauban di wakili oleh Prabu Haur Koneng III
-Dari Cirebon Diwakili oleh Sinuwun Sunan Gunung Jati
-Dari Talaga sekaligus pihak penyelanggara di wakili Oleh Arya Kikis dan Rd Ulun Parancaherang.
Perundingan itu menerbitkan 4 poin kesepakatan “menurut naskah Carukanda Talaga ” diantaranya :

1. Dilarang keras berselisih dan saling serang antara kakuasaan Demak/Cirebon dan kakuasaan Sunda- Galuh. 

2. Pihak Cairebon mencabut kembali “embargo” garam ke sunda galuh.

3. Radja radja Sunda Galuh membayar upeti tahunan ke Sultan Cairebon ku berupa hasil pertanian.

4. Jika dikemudian hari terjadi pertikaian diantara negara peserta perundingan maka dari pihak Cirebon, Galuh dan Talaga berkewajiban untuk mendamaikannya kembali. 

(catatan : naskah sudah diterjemahkan dari Bahasa Sunda pertengahan ke bhs Indonesia)

 

Dikemudian hari, ternyata,  "Nota kesepakatan Ciburang" tidak dapat diterima oleh sebagian besar petinggi Negri dan Tokoh Masyarakat Talaga. Terutama pada "poin ke 3",  Sebab masyarakat Talaga merasa bahwa Talaga merupakan "Negara yang berdaulat". Diawali dangan ikut campur Demak untuk menarik upeti dari Talaga melalui Cirebon, sedangkan di sisi lain kondisi rakyat Talaga begitu memerlukan perhatian pemerintah, akhirnya permintaan Cirebon-Demak untuk menarik upeti dari Talaga diabaikan. Merasa tak dihiraukan, koalisi pasukan Cirebon-Demak tiba-tiba menyerang Talaga. Terjadilah kekiisruhan antara Pasukan Talaga dengan pasukan Cirebon dan Demak dan pertikaianpun tak dapat dihindari. 

Di medan jurit, walau prajurit-prajurit Talaga yang dibantu ketat oleh puragabaya serta pendekar-pendekar dari padepokan-padepokan dan pesantren-pesantren Islam jumlah pasukan dan senjatanya lebih kecil dibandingkan jumlah serta kekuatan Cirebon-Demak, namun pasukan Talaga dengan penuh semangat terus mengadakan perlawanan. Akhirnya semua pasukan Cirebon-Demak dapat diusir ke luar dari wilayah Talaga.

Diceritakan di dalam naskah Carukanda Talaga , bahwa seorang Demang dari Talaga dan 3 orang lurah tamtama Demak terbunuh di dalam tragedi tersebut. 

Kondisi ini membuat prihatin Sinuwun Sunan Gunung jati. Akhirnya di tahun 1545  beliau turun ke talaga untuk mengadakan kembali perundingan damai antara koalisi Cirebon Demak dan Talaga. Dan perundingan ini kembali diadakan di Keraton Ciburang. 

Selama menjabat sebagai Pemimpin Negri Arya Kikis Berhasil menyempurnakan system Ketataprajaan di Negri Talaga

Beliau Mengeluarkan tiga poin Maklumat yg kala zaman itu terkenal dengan sebutan "Ujar Ratu sabda Raja" yg berbunyi : 

(Telah di terjemahkan kedalam bhs Indonesia)

1.      Semua daerah yang termasuk  kedalam wilayah pemerintahan Kerajaan Talaga, kedaleman (setingkat Kabupaten sekarang) di beri kewenangan penuh untuk mengurus wilayah masing masing (otonomi Daerah) termasuk kekuasaan  pasukan utama keamanan negara yang semula ber ada di wilayah banjaran sari (cikijing sekarang).

2.      Para Dalem Agung (Dalem Utama atau setingkat propinsi sekarang,) diantaranya: 

- Dalem Madjaagung (Maja )

Dalem Cageur (Darma – Kabupaten Kuningan sekarang)

Dalem Patrajenar (Majalengka sekarang) 

Dalem Parakan Muncang (Kabupaten Sumedang sekarang)

Dalem Singandaru (Kawali - Kabupaten Ciamis sekarang)

Diberikan kedudukan sebagai penguasa mandiri yg keamanannya di bantu oleh para Kepala  Jurit Wirautama Talaga.

3.      Setiap tanggal 10 sampai dengan  tanggal 17 bulan Syafar, para pemimpin daerah harus mengikuti Sawala Agung  (musyawarah  tahunan) ke Pasanggrahan Agung Talaga dalam rangka memusyawarahkan daerahnya .

Tatanan komando kekuasaan Kerajaan Talaga Pada masa kepemimpinan Arya Kikis :
I.                    Keprabon
Raja
Maha Patih Agung,(setingkat perdana mentri sekarang)
Mantri Utama
Mantri Jero
Puraga Bhaya
Hulu Jurit Wirautama
 
II.                 Kadaleman
Dalem Utama
Dalem
Umbul
Demang 
Pemimpin pemimpin dibawahnya. 
 


-----------------------------------------------------------------------

Sumber Rujukan  : 
- Wawacan Talaga, 
- Naskah Carukanda Talaga , 
- Wikipedia, Wawacan Nusantara, 
- tatangmanguny.wordpress.com, 
- Sumber dari Tradisi Lisan 

 



Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

RAJA (RATU) TALAGA KE VI

RATU PARUNG & RANGGAMANGTRI
(Berkembangnya Agama Islam di Talaga)

Ilustrasi Mesjid Kuno di Jawabarat


NAMA : Dewi Sunyalarang
GELAR : Ratu Parung
MASA PEMERINTAHAN : 1500 - 1550 Masehi
NAMA SUAMI : Rd Ranggamangtri/Pucuk Umun
NAMA AYAH : Sunan Parung
NAMA IBU : Tidak diketahui


ANAK :
1. Prabu Haur Kuning
2. Arya Kikis
3. Dalem Lohmaja Ageng
4. Sunana Umbuluas Santoan Singandaru
5. Dalem Panungtung (Girilawungan)
6. Dalem Panaekan


Di Arcakan Sebagai :Tidak di arcakan

Sumber Rujukan : Wawacan Talaga, Wikipedia, Wawacan Nusantara, tatangmanguny.wordpress.com, Situs makam Keramat Sunana Parung

CATATAN :
Setelah Sunan Parung mangkat, pemerintahan diserahkan kepada satu-satunya putrinya, Ratu Dewi Sunyalarang (1500 M) yang di kemudian hari mendapat julukan Ratu Parung.

Dewi Sunyalarang (Ratu Parung) menikah dengan Raden Ragamantri, putra Prabu Mundingsari Ageung dari Ratu Mayangkaruna. Raden Ragamantri adalah cucu dari Bagawan Garasiang dan juga cucu dari Prabu Siliwangi (Sri Baduga Jaya Dewata atau Pamanah Rasa). Pada masa pemerintahan Dewi Sunyalarang inilah pusat kerajaan dipindahkan ke Parung. Pusat pemerintahan di Walangsuji hanya bertahan selama tujuh tahun tiga bulan. Dewi Sunyalarang memandang bahwa Walangsuji kurang strategis untuk terus dijadikan pusat pemerintahan.

Perkembangan Agama Islam di Talaga
Pada 1529 Ratu Parung dan suaminya, Raden Ragamantri. mengucapkan syahadat. Mereka masuk agama Islam melalui Sunan Gunung Jati yang dibantu para mubalig Cirebon. Sunan Gunung Jati(Syarif Hidayatullah) lalu memberikan gelar Prabu Pucuk Umum Talaga kepada Raden Ragamantri sebagai bentuk penghormatan kepada beliau dan keluarga besar Talaga.

Hasil pernikahan Ratu Parung (Dewi Sunyalarang) dengan Raden Ragamantri, Prabu Pucuk Umum Talaga dikaruniai enam putra,

Ratu Dewi Sunyalarang pada awalnya dimakamkan di tepi Sungai Cilutung. Akan tetapi, demi keamanan dan pengikisan oleh air, makamnya dipindahkan ke makam keluarga Raden Natakusumah di Cikiray desa Talagawetan. oleh Raden Acap Kartadilaga pada 1959 M. Sedangkan Raden Ragamantri dimakamkan di tepi Situ Sangiang. Kuburannya terletak di luar bangunan utama tempat penziarahan, persisnya di bawah pepohonan besar ditandai dengan sebatang pohon rotan. (sumber : wawacan nusantara)

-----------------------------------------------------------------------------------

Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

RAJA TALAGA KE V

SUNAN PARUNG
(Pencetus ke Tataprajaan di Talaga)




Situs Makam Keramat "Sunan Parung"
di Komplek Wana Wisata Situ Sangiang - Talaga


NAMA : Batara Sukawayana
GELAR : Sunan Parung

MASA PEMERINTAHAN : 1450 – 1500 Masehi
NAMA Istri : Tidak diketahui
NAMA AYAH : Rd Kusumalaya (Ajar Kutamangu)
NAMA IBU : Ratu Nyimas Dewi Simbarkancana


ANAK :
1. Nyimas Dewi Sunyalarang

Di Arcakan Sebagai :Tidak di arcakan
Sumber Rujukan : Wawacan Talaga, Wikipedia, Wawacan Nusantara, tatangmanguny.wordpress.com, Situs makam Keramat Sunana Parung

CATATAN :
Masa pemerintahan Sunan Parung tidak lama, hanya beberapa tahun saja. Hal yang penting pada masa pemerintahannya adalah sudah adanya pembagian wilayan ( yang disebut “kadaleman,” masing-masing “kadaleman” dikepalai oleh seorang Dalem. Kadaleman dimaksud antara lain Kadaleman Kulur, Girilawungan, , dan Jerokaso Maja. Sunan Parung mempunyai puteri tunggal bernama Ratu Sunyalarang atau Ratu Parung.


Pada era Raja Sunan Parung, peradaban Islam sudah masuk ke talaga, bahkan beberapa sumber mengatakan, Ratu Nyimas Simbarkancana, pada akhir hayatnya sudah memeluk agama Islam.


-------------------------------------------------------------------------------------



Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
https://museumtalagamanggung.blogspot.com/
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

RAJA (RATU) TALAGA KE IV

Nyimas Rara Dewi Simbarkancana
(Tokoh Emansipasi Wanita Di Tatar Talaga)



A, Rd Panglurah

Sebelum melanjutkan ke Raja (Ratu Talaga ke IV) alangkah baiknya kita mengenal dulu satu tokoh yang sangat berpengaruh di Talaga yaitu Raden Panglurah


Arca Prunggu
yang menggambarka Rd Panglurah

SUMBER : Wilsen.F.C.1855 "Oudheden in Cheribon" dalam TBG.IV.2


Semenjak tragedi berdarah yang menimpa ayahanda beliau Prabu Talagamanggung, beliau mendatangi adik tercinta Nyimas Dewi Simbarkancana. Kesedihan tak bisa tergambarkan menyelimuti ke dua putra putri raja Talaga ini,

Menurut peraturan kerajaan kala itu, bahwa sepenninggal Raja ,maka takhta Kerajaan harus diteruskan oleh Rd Panglurah sebagai anak tertua sekaligus Putra Mahkota, namun karena beliau adalah sosok Putra Raja yang tidak gila harta dan jabatan maka beliau berniat meninggalkan kesenangan dunia dan lebih memilih untuk mengolah jiwa dan spiritual keagamaan.. maka dengan sangat senang hati , tampuk kepemimpinan Kerajaan Talaga di berikan pada adik tercinta yaitu Nyimas Dewi Simbarkancana yang beliau anggap mempunyai jiwa kepemimpinan yang sangat baik dan dipercaya bisa melanjutkan tatanan pemerintahan di Talaga.


B. Nyimas Rara Dewi Simbarkancana

Arca Perunggu
yang menggambarkan Nyimas Dewi Simbarkancana

SUMBER : Wilsen.F.C.1855 "Oudheden in Cheribon" dalam TBG.IV.2 (kiri)
Bronzeen Boeddhabeeld.1863-1864
Koleksi foto Tropenmuseum.

NAMA : Simbar Kancana
GELAR : Nyimas Rara Dewi Simbarkancana
MASA PEMERINTAHAN : Abad Ke XV
NAMA Suami :
Pertama : Palembang Gunung
Kedua : Rd Kusumalaya (Ajar Kutamangu)
NAMA AYAH : Prabu talagamanggung
NAMA IBU : --

ANAK :
Dari Palembang gunung (tidak memiliki keturunan)
Dari Ajar Kutamangu
1. Sunan Parung
2. Sunan Cihaur
3. Sunan Bungbulang
4. Sunan Cengal
5. Sunan Jerokaso
6. Sunan Kuntul Putih
7. Sunan Ciburang
8. Sunan Tegal Cau (Corenda)

Di Arcakan Sebagai :arca budha yang bersikap Abhaya mudra (tangan kiri lurus ke samping badan, dan telapak tangan kanan menghadap ke depan), bergaya siam , dengan ciri ciri, mengenakan mahkota dikepalanya, berwajah syaumnya (tenang)

Sumber Rujukan : Wawacan Talaga, Wikipedia, Wawacan Nusantara, tatangmanguny.wordpress.com

CATATAN :
Setelah Wafatnya Prabu Talagamanggung maka kekosongan kepemimpinan dimanfaatkan oleh Patih Palembanggunung untuk berkuasa dengan semena mena, sehingga kondisi Kerajaan Talaga mengalami keterpurukan dari segi kamanan, ekonomi sosial dan budaya

Berita terbunuhnya Prabu Talagamanggung menjadi berita duka bagi rakyat Talaga dan beritanya pun sampai ke negara negara tetangga termasuk ke Negri Galuh.

Karena Negri Galuh ada ikatan saudara dengan pendiri Talaga dan keturunanya , akhirnya raja Negri Galuh yang dipimpin oleh Rd. Ningrat Kancana yang bergelar Prabhu Dewa Niskala memberikan bantuan dengan mengirim team terlatih untuk mengungkap kasus terbunuhnya Prabu Talagamanggung , yang dipimpin oleh anaknya sendiri Raden Kusumalaya yang merupakan seoang ahli strategi perang, seorang ahli pengobatan dan mempunyai dasar dasar keagamaan yang kuat sehingga beliau mempunyai gelar Ajar Kutamanggu

Mulanya Dewi Simbarkancana, , tidak mengetahui bahwa kematian ayahnya didalangi suaminya . tapi setelah diselidiki, terungkap oleh Ajar Kutamangu dan terbukti bahwa dalang dibalik itu adalah suaminya sendiri yang gila akan kekuasaan . maka Dewi Simbarkancana sangat marah , dendam dan terpukul, karena merasa dikhianati oleh suami sendiri.

Akhirnya, hanya selang Kurang lebih 2 bulan sejak kematian Ayahanda tercinta, Dewi Simbarkancana membalaskan dendamnya, membunuh Palembanggunung dengan menggunakan “Patrem” (Tusuk Konde) nya. Setelah sebelumnya mengalami perkelahian terlebih dulu.

Setelah Palembanggunung meninggal, atas persetujuan dari Rd Panglurah sebagai Putra Mahkota Nyimas Dewi Simbarkancana dinobatkan sebagai Ratu pemimpin Kerajaan Talaga.

Kendati seorang putri, beliau memiliki sifat-sifat kepemimpinan sang Ayah. Sejak saat itulah emansipasi wanita mulai lahir di tatar Talaga. Dan Raden Dewi Simbarkancana pun menjadi Tokoh Wanita Pertama yang menjadi Ratu sebagai Pemimpin Pemerintahan Kerajaan di Talaga.

Beliau pun menikah kembali dengan Raden Kusumalaya atau Raden Palinggih yang bergelar Ajar Kutamangu dari Galuh, Putra kandung Prabu Ningratkancana dan Ratu Nay Ratna Mayangsari .
Beliau berhasil mengungkap dan menumpas habis komplotan bawahtanah Palembanggunung. Dengan begitu, keamanan dan ketertiban, perekonomian, sosial dan budaya negara kembali menjadi stabil dan berkembang pesat.


---------------------------------------------------------------------------------------





Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
https://museumtalagamanggung.blogspot.com/
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata