Jumat, 31 Agustus 2018

TITI MANGSA DESA CIDULANG





Berdirinya Desa Cidulang tak lepas dari Terbentuknya Kewadanaan Talaga dan Asisten Wadana Cikijing ada juga yang menyebut district untuk kewadanaan dan onder district untuk asisten wadana atau sekarang disebut dengan Kecamatan.

Suasana Desa Cidulang diambil gambar dari atas

Sewaktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811), Jawa dibagi menjadi 9 provinsi. Pada waktu Inggris berkuasa, Gubernur Jenderal Thomas Raffles membagi Jawa menjadi beberapa karesidenan. Terlepas dari beberapa perubahan di tahun-tahun berikutnya, perubahan besar sistem administrasi di Jawa terjadi pada tahun 1901, 1925, dan 1931.

Tahun 1819 Berdasarkan Besluit Komisaris Jenderal Hindia Belanda Nomor 23 Tahun 1819 Tanggal 5 Januari 1819 tentang Pendirian Kabupaten Maja.
Regenschaft Maja bukan gabungan Talaga dengan Sindangkasih saja, tapi termasuk Rajagaluh, Palimanan, dengan Kedongdong. Ada tulisan yang menyebut Kabupaten Talaga dengan Kabupaten Maja agung, kala itu belanda mengharuskan gabung (regrouping) menjadi kabupaten Maja (1819-1840),

Dan di tahun 1920, dibentuklah Kewadanan (distrik) Talaga yang wilayahnya meliputi Onder District (Kecamatan) Bantarujeg Lemahsugih, Talaga dan Cikijing.


Koleksi Tropenmuseum
Menggambarkan 3 anak Belanda yang di poto di sebuah Jembatan Bambu
di jalan Cikijing arah Kuningan
diduga kuat poto ini diambil di wilayah Desa Cidulang
Tahun 1918
 


I. ASAL MULA DESA CIDULANG


"Dulang" alat tradisional khas masyarakat sunda
yang berfungsi untu mendinginkan dan menyimpan nasi


Tersebutlah sebuah Desa yang mempunyai peranan penting dalam tatanan pemerintahan Onder Distrik Tjikidjing . desa terluas di wilayah tersebut itu disebut desa " TJIDOELANG "  (Cidulang).

Secara toponomi, penamaan Cidulang diambil dari 2 suku kata yaitu Ci (tempat) ada yang menyebut air (cai) dan Dulang, yang berarti tempat mendinginkan nasi yang terbuat dari batu atau kayu tertentu.

Sangat sulit menemukan naskah, artefak atau fakta terkait mengenai awal mula berdirinya Desa Cidulang. Hanya beberapa Tradisi Lisan yang berkembang di masyarakat , dan beberapa catatan zaman Belanda yang bisa saya temui dan masih tersimpan di beberapa situs internet milik Belanda.




Cidulang Kecamatan Cikijing dan sekitarnya
yang diambil gambar dari
Cipadung - Sindangpanji Tahun 1800an


Konon Keberadaan Cidulang tak lepas dari keberadaan tokoh yang bernama Wangsadirja ada yang menyebut Rd. Wangsadireja. seorang abdi dalem (Pejabat) Kerajaan Talaga di era Rd Adipati Suwarga. (1675-1715m).

Beliau adalah seorang Abdi Dalem Kerajaan Talaga yang ditugaskan memimpin pengelolaan lahan pertanian milik Kerajaan Talaga yang terhampar mulai dari Cingambul sampai ke Sindangpanji dan Citungtung -Cicanir (Talaga).

Beberapa sumber lisan menyatakan bahwa sebelum dinamakan Cidulang , Rd.Wangsadireja pernah menetap di satu tempat yang ia namai Cikijing Girang , atau sering dan lajim disebut Cigirang ( sekarang menjadi salah satu blok di Desa Cidulang).

Pada satu ketika, diadakan pesta panen besar besaran di areal pesawahan yang Ia kelola, karena mengundang para Keluarga Besar Kerajaan Talaga, lalu Rd Wangsadireja memerintahkan untuk membuat dapur umum di satu tempat. Dan disanalah orang orang membuat aneka masakan.

Setelah acara berlangsung . bekas dapur umum itu di bersihkan kembali, namun, disana masih tersisa satu buah alat mendinginkan nasi (Dulang) yang tebuat dari pahatan batu. maka dari situlah tempat tersebut dinamakan TJIDOELANG /CI DULANG. (tempat dulang). konon dulang tersebut di kubur di dekat makom Dalem Wangsadireja.

- Misteri Kuda Paeh.


Ilustrasi Bangkai kuda di Komplek Sawah lega Cidulang




Salah satu areal persawahan yang masih masuk kedalam wilayah Desa Cidulang sebelah selatan, terdapat satu (gundukan) tanah yang dipercaya orang sebagai tempat matinya kuda milik Patih Kerajaan Talaga. saat itulah , hingga sekarang, areal pesawahan itu sering disebut wilayah Kuda Paeh (Kuda Mati)

Tradisi lisan menyatakan bahwa:
Sebagai betuk terimakasih Pemerintah Kerajaan Talaga kepada Rd Wangsadireja. atas keberhasilan mengelola lahan pertanian, maka beliau di hadiahi sebidang tanah yang diatasnya terdapat bangkai KUDA . dan utuk menentukan batas batas tanah hadiah itu dengan cara , utusan dari Kerajaan Talaga berjalan bersama Rd Wangsadireja mengililingi sambil menjauhi bangkai kuda sampai bau busuk bangkai kuda itu tidak tercium lagi.

Konon, karna kesaktian Rd Wangsadirja, sehingga selama berjalan mengelilingi menjauhi bangkai kuda itu, selalu diikuti oleh hembusan angin. Sehingga semakin menjauh dari bakai kuda semakin tercium bau busuknya.

Dan hingga sekarang ada satu areal persawahan yang masuk kedalam wilayah Desa Cidulang, tetapi lokasinya terpisah dari Desa Cidulang. areal itu disebut komplek Sawah Lega. yang terletahkdi jalan Raya Cikijing arah ke Kabupaten Ciamis.


Komplek Sawah Lega desa Cidulang



II. Cidulang pada masa Pemerintahan Republik Indonesia

Sebelum Negara Republik Indonesia Merdeka, Cidulang telah ditetapkan sebagai wilayah Desa oleh pemerintahan Hindia Belanda . Dan Desa Cidulang dibentuk pada tahun 1932.m. Kala itu dipimpin oleh seorang Kepala Desa (Kuwu) yang bernama Kuwu Sastra Prawira.

Beliau menjabat sebagai Kepala Desa dari tahun 1932 sampai tahun 1956.
Kala itu Desa Cidulang mempunyai wilayah yang sangat luas, dan meliputi wilayah yang sekarang sudah dimekarkan menjadi Desa : Cimukti+Sukaraos (Sukamukti) Cidulang, dan Sindangpanji.

III. Letak Geografis

Desa Cidulang berada di wilayah Kabupaten Majalengka bagian selatan dengan koordinat
108°18’30” BT – 108°22,5’30” BT dan 07°04’30” LS – 06°56’30” LS

Yang berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Ciamis. Desa Cidulang dibatasi oleh beberapa wilayah administrasi pemerintahan, yaitu:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Jagasari
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Cikijing dan Sukamukti
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Sindangpanji
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Sindangpanji

IV. Kepala Desa Cidulang dari masa ke masa

Hingga saat ini sudah 18 kali pergantian kepemimpinan Desa Cidulang dari sejak berdirinya Desa tersebut, diantaranya :
Kuwu Sastra Pawira (Baci) menjabat dari tahun 1932-1956 Masehi
Kuwu Aan Sutarli menjabat dari tahun 1956-1969 Masehi
Kuwu Omon Soerisman menjabat dari tahun 1970-1981 Masehi
Kuwu Ruja’i menjabat dari tahun 1981-1982 Masehi
Kuwu A. Rohman menjabat dari tahun 1982-1985 Masehi
Kuwu Usa Supriatna menjabat dari tahun 1985-1987 Masehi
Pejabat Omon Soerisman menjabat dari tahun 1988-1990 Masehi
Kuwu Suharyono menjabat dari tahun 1991-1992 Masehi
Pejabat Omon Soerisman menjabat dari tahun 1993-1995 Masehi
Pejabat Soleh menjabat dari tahun 1995-1997 Masehi
Pejabat Omon Soerisman menjabat dari tahun 1998-2002 Masehi
Kuwu Soleh menjabat dari tahun 2003-2005 Masehi
Pejabat Omon Soerisman menjabat dari tahun 2005-2007 Masehi
Kepala Desa Yaya Mulyadi menjabat dari tahun 2008-2013 Masehi
Pejabat N. Teti Kurniati menjabat dari tahun 2013-2014 Masehi
Pejabat Kukun Kuria, S.IP menjabat di tahun 2014 Masehi selama 6 bulan
Pejabat Mahmud Al Nazar, SE menjabat di tahun 2015 Masehi selama 6 bulan
Kepala Desa .Hj. Teti Kurniati menjabat dari tahun 2015-sekarang

Jabatan Kuwu di Desa Cidulang sangat bervariasi ada yang lima tahun, ada yang delapan tahun, tergantung pada terpakai atau tidaknya oleh masyarakat Desa Cidulang, namun setelah Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka ditetapkan jabatan Kuwu hanya lima tahun. Pekerjaan Kuwu di Desa Cidulang layaknya seperti desa-desa yang lain dibantu oleh para Kaur Raksa Bumi, Ngalambang, Lebe, Rurah dan Kulisi Desa.
wallohua'lam

 
=====================================================================

sumber
www.wikipedia.com
museum talagamanggung
tradisi lisan sesepuh cikijing
tradisi lisan sesepuh talaga
tradisi lisan sesepuh cidulang
data desa cidulang
tropenmuseum leiden nederland
dan sumber lainnya



Catatan artikel ini terdedikasi untuk
Saudara Saudariku yang berada di Desa Cidulang Kecamatan Cikijing
khususon ibu Kuwu Hj. Teti Kurniati & Bpk. H Yaya Mulyadi

wass
Asep Asdha Singhawinata
Penulis / Pemerhati Budaya




Informasi tentang Sejarah & Budaya Nusantara
klik di

Penulis : Asep AsDHA Singhawinata







Rabu, 29 Agustus 2018

SEJARAH CIKIJING - MAJALENGKA



"TJIKIDJING"  (Cikijing) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan ini teletak di wilayah selatan Kabupaten Majalengka berjarak 35 Km dari ibu kota kabupaten melalui Maja Utara. , Maja Selatan, Banjaran Dan Talaga

Ibu kota Kecamatan Cikijing berada di Desa Cikijing. Ibukota kecamatan ini berada di jalur strategis karena dilintasi Jalur Utama Majalengka – Ciamis dan Cirebon – Kuningan – Ciamis sehingga cukup ramai di bandingakan kecamatan lainnya di wilayah selatan Kabupaten Majalengka.
Selain itu Lokasi Cikijing berbatasan dengan Tiga kabupaten , yaitu Majalengka, Kuningan dan Ciamis.


Pusat Kota Cikijing - Majalengka Tahun 2017


Suasana Tjikidjing (Cikijing) 
di photo pada tahun 1800. oleh Fhotografer Belanda


Kecamatan Cikijing teletak di wilayah selatan Kabupaten Majalengka. Wilayahnya berada di ketinggian antara 550-1450 meter diatas permukaan air laut (DPL). Di sebelah utara dan tengah merupakan lereng Gunung Gegerahalang di sisi selatan Gunung Ciremai sedangkan di bagian timur terdapat Perbukitan Panenjoan-Pangenteran. Wilayah selatan merupakan dataran rendah yang diduga merupakan bekas Danau Purba Cikijing Kecamatan Cikijing juga merupakan hulu Sungai Cilutung yang alirannya bermuara ke Sungai Cimnauk.

I. Masa Prasejarah
Secara khusus memang belum ada peneliatian yang lebih spesifik, tapi berdasarkan analisa para pemerhati sejarah Budaya dan mereka yang peduli terhadap Lingkungan, kuat dugaan bahwa sekitar + 7.000 tahun yang lalu, Cikijing merupakan Hamparan Danau yang terbentuk berbarengan dengan terbentuknya gunung Ciremai generasi ke 2 (gn api geger halang)


Peta Kuno yang menggambarkan adanya Danau Purba
di Cikijing-Majalengka


Kemudian akibat terjadi letusan Gunung Api Geger Halang itu membentuk kaldera yang memunculkan Gunung Cereme sekarang. Di sinyalir terjadi pendangkalan danau yang berada di Cikijing dan karna pendangkalan itu, hamparan danau berubah menjadi Rawa/embel (ranca bhs sunda). Hingga saat ini sisa sisa (ranca) Rawa trersebut masih dapat di temukan di jalan raya cikijing arah ke Kabupaten Ciamis tepatnya terletak di blok Cimukti, Desa Sukamukti Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka. Dan hingga kini pula, tempat tersebut sering disebut wilayah Ranca Cikijing.


Ilustrasi Danau Purba di Cikijing - Majalengka


Danau Purba Cikijing ini berada di ketinggian 600-650 mdpl dengan luas ± 115.635.191 m² yang membentang dari timur hingga ke barat, di ujung barat dari danau ini mengalir sungai Cilutung dan sebelah selatan mengalir pula sebuah sungai ke arah ciamis yang sekarang sudah hilang dan mungkin berubah jadi jalan raya Cingambul-Ciamis. Sungai sungai ini berfungsi sebagai tempat buangan air dari danau purba tersebut.
(penggalan kalimat dari : hutanrimbun.wordpress.com)



Kompleks Sawahlega yang terdapat Ranca (rawa-rawa) 
bekas Danau Purba Cikijing

II. Masa Kerajaan Talagamanggung

Banyak orang yang mengetahui, bahwa di Kabupaten Majalengka bagian selatan, pernah berdiri sebuah Kerajaan besar yang bernama Kerajaan Talaga, di tahun 1300 m. Dan dikarnakan pada masa Kejayaan Kerajaan Talaga dipimpin oleh seorang raja yang bernama Darmasuci II yang bergelar Prabhu Agung Talaga Manggung, maka hingga hari ini Kerajaan tersebut lebih dikenal dengan sebutan Kerajan Talaga Manggung.

Di era kerajaan Talagamanggung , keberadaan wilayah Cikijing sangat erat kaitannya, dengan Perjalanan Kerajaan Talagamanggung. diantaranya adalah :

a. Awal mula berdirnya Kerajaan Talaga
Kesepakatan para sejarahwan, dan para pemerhati Sejarah Budaya Sunda, menyepakati bahwa. awal mula Kerajaan Talaga didirikan oleh Raja Guru Rhakeyan Sudhayasa di Gunung Bitung desa Wangkelag Kemantren Cingambul, Kecamatan Cikijing, dan karena perubahan undang undang daerah dengan dihilangkannya kemantren (Perwakilan Kecamatan) maka wilayah tersebut masuk kedalam wilayah Kecamatan Cingambul.

Berdasarkan naskah Kitab Pustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara (parwa III sargah 2 ) Karya Pangeran Wangsakerta Cirebon (Thn. 1677 M) juga di tulis bahwa :
Putra raden surya dewata ada beberapa orang, salah satu diantaranya raden sudhayoca (sudhayasa) atau bathara ghunung bitung di sebutnya// raden sudhayasa menjadi pengamal agung budhayana sarwastiwada di ghunung bitung // salah satu putra barthara ghunung bitung adalah raden darmasuci setelah dia berhenti menjadi raja guru budhayana sarwastiwada di negri talaga // setelah darmasuci meninggal maka yang menggantikannya adalah Prabhu Talagamanggung.

Penggalan terjemahan diatas jelas menyatakan bahwa cikal bakal Kerajaan Talagamanggung diawali dengan dibentuknya sebuah padepokan di satu gunung yang bernama Gunung Bitung,

untuk lebih mengetahui tentang Gunung bitung klik


Gunung Bitung di fhoto dari jalan Desa Wangkelang



b. Bidang Pertahanan Wilayah Kerajaan Talaga
Pada era Arya Kikis abad ke 15M, Cikijing juga pernah dijadikan Benteng Pertahanan Militer oleh pemerintah Kerajaan Talaga, masing masing Benteng Pertahanan itu di pimping oleh seorang petinggi militer (Puragabaya) dengan gelar singha. mereka masing masing ditempatkan di :

1. Banjaransari dipimpin oleh (Singha Rante)
2. Cikijng - Sukamukti (Eyang Adeg Mukti yang bergelar Singha Winata)
3. Sukaraos - Cidulang (Singha Diwangsa)
4. Cingambul - Ciranjeng (Singha Wadana)
hal itu dibukrtikan dengan adanya situs situs makam kuno di daerah tersebut.

c. Bidang Pertanian Kerajaan Talaga
Dilihat dari jenis birokrasinya, Kerajaan Talaga merupakan satu Kerajaan yang menganut Sistem Birokrasi Agraris. hal ini dikarnakan Kerajaan Talaga yang tertelak di daerah Pegunungan, sehingga secara ekonomi, untuk kemakmuran Negri Talaga , Kerajaan Talaga menitik beratkan pada sektor Pertanian dan Perkebunannya.

Dalam hal ini Wilayah Cikijing menjadi Lumbung Padi yang sangat diandalkan oleh Kerajaan Talaga saat itu.. Dan hingga saat ini beberapa luas wilayah pertanian Cikijing masih menjadi sawah Keluarga Besar Keturunan Raja /Ratu Kerajaan Talaga.
Tempat tersebut masing masing berada di wilayah Desa Sindang Kecamatan Cikijing dan sawah yang berada di perbatasan antara Kecamatan Cikijing dan Kecamatan Cingambul.

Masyarakat Cikijing masih menyebut daerah tersebut dengan sebutan Sawah Raja Talaga.

III. Penamaan Cikijing

a. Naskah Tekait
Menelisik Naskah Kuno. Silsilah Prabu Siliwangi (SPS)
ternyata disana tertuliskan beberapa tokoh Negri Talaga era Batara Gunung Bitung 1300m hingga era Rd Apun Surawijaya 1600an

Pada bait ke 35 <3b> ada catatan yang menyebutkan seorang tokoh (Sang Rantaka Dalem Nalakerti)
Tokoh ini lantas menjadi kepenasarana saya untuk terus menelisik, siapa itu Dalem Nalakerti(?)

beberapa tradisi lisan yang berkembang di Talaga, Nalakerti merupakan nama tokoh yang masih populer hingga sekarang,



Kutifan naskah Sarisilah Prabhu Silihwangi 
Koleksi Museum Talagamanggung


b. Siapakah Raden Nalakerti/Nalakartti/Nalagati ?
Nalakerti yang tertulis di naskah Sarisilah Prabhu Silihwangi adalah seorang tokoh yang memberikan nama Cikijing Pada sebuah wilayah di selatan Kota Kerajaan Talaga. dan karena Karena dialek daerah yang khas, Nama Nalakerti sering Tersebut dengan sebutan NALAGATI.

Beberapa cerita masyarakat Cikijing, mempercayai bahwa penamamaan Cikijing di berikan oleh seorang tokoh agama asal Nagari Caruban (Cirebon) yang bernama Eyang Nalagati (Nalakerti)

Beliau adalah tokoh penting dari Nagari Caruban (Cirebon) yang merupakan (Santri) Murid kepercayaannya Kanjeng Sunan Gunung Jati Cirebon yang didatangkan oleh Rd Ranggamantri (Rd, Pucuk Umum) bin Mudingsari Ageung Bin Pamanah Rasa (Prabhu Silihwangi) yang mana Rd. Ranggamantri adalah Suami dari Ratu Talaga yang bernama Ratu Sunialarang, sekaligus Rd. Ranggamantri juga menjabat sebagai Mahapatih Agung Talaga. beliau mendatangkan Eyang Nalagati ke Talaga untuk mengajarkan bab bab ajaran Agama Islam di sekitar Keraton Kerajaan Talaga.

Setelah dirasakan cukup memberikan ilmu agama kepada para keluarga besar Keraton Kerajaan Talaga kala itu, Eyang Nalagati berpamitan dengan maksud kambali ke Nagari Caruban untuk melanjutkan pembelajarannya pada kanjeng dalem Sunan Gunung Jati.

Jika kedatangan Eyang Nalagati melalui lintasan jalur Rajagaluh - Maja - Banjaran sampai ke Talaga, maka kepulangan Eyang Nalagati menuju Nagari Caruban menggunan jalur lintasan melalui Parunggangsa (Campaga), Lemah Abang(Cikeusal-Talaga), Sidaraja (Cingambul), jahim hingga terus kearah selatan, dan sampailah pada satu Ranca (rawa-rawa).

Tersebutlah di pinggir rawa itu , beliau merasa kelelahan akibat perjalanan yang lumayan jauh, hingga beliau berhenti sejenak sambil menikmati pamandangan indah di sana .

Suasana alam dipinggiran rawa itu dirasakan sangat indah, sehingga Eyang Nalagati memutuskan untuk bermukim di sana, dan karena di rawa tersebut banyak dijumpai hewan kerang (darat) yang mana penduduk sekitar menyebutnya KIJING, maka Eyang Nalagati menyebutnya wilayah itu dengan sebutan Tjikidjing . (CIKIJING).


Kijing (Pilsbryoconcha exilis) adalah salah satu kerang air tawar 
 yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan dari hasil perairan. 
 Hingga saat ini Kijing banyak ditemukan di sawah dan rawa (ranca) bekas Danau Purba Cikijing . 
Kijing dapat dijadikan santapan lezat dan murah. 
Selain itu kijing mengandung banyak 
protein yang di perlukan untuk kesehatan.


Koleksi Tropenmuseum - Belanda menceritakan
"Tiga Anak Warga Belanda" yang di fhoto di Jembatan berkontruksi bambu
di Jalan Cikijing arah Kuningan Jawabarat Tahun 1918


Eyang Nalagati tidak hanya tinggal di wilayah itu tapi beliau juga mendirikan Mesjid sekaligus mengajarkan ajaran Agama Islam kepada penduduk sekitar, Mesjid yang beliau dirikan Terletak di blok Ahad Desa Cikijing dan diakui sebagai mesjid pertama di Kabupaten Majalengka.,
Hingga saat ini Mesjid tersebut masih ada , tapi sayangnya seluruh bangunannya sudah direnovasi, sehingga nilai - nilai sejarahnya sudah hilang. kini masjid tesebut dinamakan Masjid Pusaka Attaqwa.



Ilustrasi Mesjid Pusakayang di bangun oleh Eyang Nalagati
di Cikijing - Majalengka


Eyang Nalagati sempat melaksanakan Ibadah Haji ke Negri Arab di Timur Tengah, sepulangnya dari Perjalanan Ibadah Haji , Eyang nalagati Diberi Nama Kiyai Hadji Abdul Fatah . 
(Abdul Fatah = Bapak Pembuka).
 
Penulis sedang memberikan Pemaparan Sejarah Eyang Nalagati
di Komplek Pemakaman Eyang Nalagati
Desa Cikijing Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka


Untuk menghormati Jasa Jasa Beliau maka Pemerintahan Desa dan Kecamatan Cikijing, mengabadikan nama K.H Abdul Fatah pada ruas jalan Provinsi Cikijing - Kuningan , yang merupakan lintasan utama jalur Majalengka - Kuningan.

Perspektif Pasar Moderen Cikijing yang sedang di bangun (th.2018)
 di Jl. KH. Abdul Fatah Kecamatan Cikijing

yang mana jalan ini merupakan
Pusat Perekonomian di Kecamatan Cikijing
========================================

Sumber :
Tropenmuseum
Museum Talagamanggung
Tatangmanguni.wordpress.com
Grup Fb Madjalengka Baheula
wawancara dengan Sesepuh Cikijing
wawancara dengan Sesepuh Talaga
hutanrimbun.wordpress.com

=================================================================


TULISAN INI DIDEDIKASIKAN UNTUK CIKIJING DESA KU TERCINTA TEMPAT KELAHIRANKU....

Ilove You my Vilage ❤❤❤❤❤❤❤


Tentang Penulis:



Sampurasuuun........

Sebagai seorang Budayawan & Pemerhati Sejarah Sunda, sudah selayaknya saya membuat artikel tentang Kecamatan Cikijing dan Sekitarnya , sebagai ungkapan rasa cinta saya terhadap kampung halaman saya.
Saya lahir dan di besarkan di Blok cirawa Desa Cikijing Kecamatan Cikijing,







Asep Asdha Singhawinata
Penulis / Pemerhati Budaya








Minggu, 26 Agustus 2018

RANGKUMAN “TITI MANGSA” DARI KERAJAAN TALAGA HINGGA MENJADI KABUPATEN MAJALENGKA










Majalengka adalah nama yang digunakan untuk sebuah Kabupaten yang terletak di Jawa Barat. Sebagai Kota Kabupaten sudah tentu daerah ini mempunyai sejarah serta asal-usulnya sendiri

Pada zaman kerajaan Hindu-Buddha abad ke-13, di wilayah Kabupaten Majalengka terdapat sebuah Kerajaan yang bernama Kerajaan Talaga, Masa kejayaan Keruajaan talaga yaitu, ketika di pimpin oleh seorang Raja yang bernama Prabhu Darmasuci II atau yang terkenal dengan sebutan Prabhu Talagamanggung, karna itulah Keajaan talaga hingga kini sering disebut sebagai Kerajaan Talagamanggung.
Kerajaan Talaga di dirikan oleh seorang Raja Resi keturunan Galuh pakuan yang bernama Rhakeyan Sudhayasa atau bergelar Bathara Gunung Bitung.
Terdapat banyak cerita rakyat tentang kerajaan tersebut yang sampai dengan saat ini masih hidup di kalangan masyarakat Majalengka. Selain cerita rakyat yang masih diyakini juga terdapat situs, makam-makam dan benda-benda purbakala, yang kesemuanya itu selain menjadi kekayaan daerah juga dapat digunakan sebagai sumber sejarah.

===============================++
1. Rhakean çuddhayocha (Sudhayasa) Batara Gunung Bitung (1350 – 1366)
2. PRABU DARMA SUCI I (1366 – 1386)
3. Rd. Talagamanggung / PRABU DARMA SUCI II (1386- 1410)
4. Ratu Nyimas Dewi Simbarkancana (1410 – 1450)
5. Batara Sukawayana / SUNAN PARUNG (1450 – 1500)
6. RATU PARUNG & Rd. RANGGAMANGTRI (1500 – 1550)
7. ARYA KIKIS (1550 – 1590)
8. Rd APUN SURAWIJAYA / Sunan Kidul (1590 – 1635)
9. Rd Arya Adipati Surawijaya / Sunan Ciburuy (1635 – 1675)
10. Rd Adipati Suwarga / Sunan Suwarga (1675 – 1715)
+=========================================++
11. th 1716 Talaga di bagi dua wilayah dengan dipimpin oleh :
 
i. Kesultanan Talagakidul, dipimpin oleh Adipati Wiranata;

ii. Kesultanan Talagakaler, dipimpin oleh Pangeran Natadilaga
 
12. pada tahun 1756 disepakati bahwa Talaga dibagi menjadi empat sudut mata angin kabupatian yang meliputi:
 
i. Kebupatian Talagakidul; dipimpin oleh Pangeran Adipati Sacanata, putra ke-3 Pangeran Adipati Wiranata;
ii. Kebupatian Talagakaler; dipimpin oleh Pangeran Arya Sacadilaga, cucu Pangeran Arya Natadilaga;
iii. Kabupatian Talagawetan; dipimpin oleh Pangeran Kartanagara, putra ke-4 Pangeran Adipati Wiranata;
iv. Kabupatian Talagakulon; dipimpin oleh Dalem Surya Sepuh, cucu Pangeran Adipati Jayawiriya
Para pemimpin ini kemudian dikenal dengan sebutan PANGERAN PAPAT
 
13. Tahun 1806 pemerintahan kolonial belanda mengharuskan .empat kabupatian talaga mnjadi satu wilayah kabupaten yang dimpin oleh arya sacanata. Yang kemudian hari disebut sebagai BOPATI PANUNGTUNG
 
14. Tahun 1819 Berdasarkan Besluit Komisaris Jenderal Hindia Belanda Nomor 23 Tahun 1819 Tanggal 5 Januari 1819 tentang Pendirian Kabupaten Maja.
Regenschaft Maja bukan gabungan Talaga dengan Sindangkasih saja, tapi termasuk Rajagaluh, Palimanan, dengan Kedongdong. Ada tulisan yang menyebut Kabupaten Talaga dengan Kabupaten Maja agung, kala itu belanda mengharuskan gabung (regrouping) menjadi kabupaten Maja (1819-1840),
 
15. TAHUN 1920 pasca penggabungan antara Kabupatian Talaga dan Sindangkasih tidak ada yang memegang kekuasaan secara politik, maka para sesepuh Talaga bermusyawarah untuk menentukan orang yang akan memegang dan mengurus benda-benda pusaka karuhun (leluhur) Talaga. Disepakatilah bahwa yang berhak mengurus benda-benda itu adalah keturunan yang memunyai hubungan langsung dari Pangeran Sacanata II

Berikut adalah orang-orang yang mendapat tugas mengurus benda-benda Pusaka Karuhun Talaga, yang selanjutnya mereka disebut para sesepuh Talaga:
+=================================================++

1. Pangeran Sumanagara (1820-1840), putra sulung Pangeran Arya Sacanata II;
2. Nyi Raden Anggrek (1840-1865), putri Pangeran Sumanagara;
3. Raden Natakusumah (1865-1895), putra Nyi Raden Anggrek;
4. Raden Natadiputra (1895-1925), putra Raden Natakusumah;
5. Nyi Raden Masri’ah (1925-1948), putri Raden Natadiputra;
6. Raden Acap Kartadilaga (1948-1970), suami Nyi Raden Masri’ah;
7. Nyi Raden Madinah (1970-1993), putri Raden Acap Kartadilaga;
8. Nyi Raden Padnalarag (1993-2014), putri Nyi Raden Madinah
9. Raden Apun Tjahya Hendraningrat (2014-sekarang) putra Nyi Raden Padnalarang

+=================================================++
16. Tahun 1840 Berdasarkan Staatsblad Nomor 7 tentang Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 2 Tahun 1840 tanggal 11 Februari 1840 tentang :
a. Perubahan Nama Kabupaten Maja menjadi Kabupaten Majalengka;
b. Perubahan Nama "daerah Sindangkasih" menjadi Kabupaten Majalengka atau Pendirian Kota Majalengka sebagai ibukota Kabupaten Majalengka.

+=================================================++
BERIKUT NAMA NAMA BUPATI MAJALENGKA :

1. RT. Dendranegara 1819 – 1848 (BUPATI MADJA)
2. RAA. Kartadiningrat 1848 - 1857
3. RAA. Bahudenda 1857 - 1863
4. RAA. Supradningrat 1863 - 1883
5. RAA. Supriadipraja 1883 - 1885
6. RMA. Supraadiningrat 1885 - 1902
7. RA. Sastrabahu 1902 - 1922
8. RMA. Suriatanudibrata 1922 - 1944
9. RA. Umar Said 1944 - 1945
10. R. Enoch 1945 - 1947
11. R.H. Hamid 1947 - 1948
12. R. Sulaeman Nata Amijaya 1948 - 1949
13. M. Chavil 1949
14. RM. Nuratmadibrata 1949 - 1957
15. H. Aziz Halim 1957 - 1960
16. H. RA. Sutisna 1960 - 1966
17. R. Saleh Sediana 1966 - 1978
18. H. Moch. S. Paindra 1978 - 1983
19. H. RE. Djaelani, SH. 1983 - 1988
20. Drs. H. Moch. Djufri Pringadi 1988 - 1993
21. Drs. H. Adam Hidayat, SH., M.Si 1993 - 1998
22. Hj. Tutty Hayati Anwar, SH., M.Si 1998 - 2008
23. H. Sutrisno, SE., M.Si 2008 – 2018
24. H. Karna Sobahi 2018 s/d Sekarang
+===============================================++
Sumber rujukan.
1. Grup Madjalengka Baheula
2. Komentar grumala dari bapak tatang ( Mang Tatang Uny)
3. Komentar grumala dari bapak Rahmat Iskandar
4. Komentar dari kang M Abduh Nugraha Angguh
5. Dan sumber lainnya,


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

SYEKH SAYID FAQIH IBRAHIM (SUNAN CIPAGER)



Ilustrasi Syekh Sayid Ibrahim (Sunan Cipager-Talaga)



PENDIRI PESANTREN PERTAMA DI KABUPATEN MAJALENGKA
==========================================++

Sepeninggal Ratu Parung, pada tahun 1550 M Talaga dipimpin oleh Arya Kikis (Sunan Wanaperih), putra kedua Ratu Parung. Arya Kikis adalah seorang narpati dan pendakwah Islam yang handal. Ia mewarisi ilmu-ilmu kanuragan dan keislaman dari Sunan Gunung Jati.

Makin banyaknya penganut agama Islam di Talaga , membuat sang Prabhu Arya Kikis, berfikir keras untuk mendirikan sebuah padepokan Islam (pesantren) sebagai tempat pengajaran ilmu ilmu keagamaan,
 
Maka didatangkanlah seorang ahli agama Islam dari Pamijahan Tasikmalaya, beliau bernama Syekh Faqih Ibrahim. Putra Waliyulloh Syekh Abdul Muhyi Pamijahan.
Awal mulanya Syekh Faqih Ibrahim mendirikan sebuah pesantren di daerah Cipager, Kecamatan Banjaran Kab Majalengka (sekarang). . dan beliau Mengajarkan ilmu ilmu agama Islam kepada anggota keluarga Keraton Wanaperih Talaga, hingga masyarakat sekitar Wanaperih pun mulai berdatangan untuk mempelajari ilmu agama.
 
Di awal berdirinya Pesantren, para santri beliau mulai belajar sehabis sholat maghrib sampai sehabis Sholat Isya. Kemudian para murid beliau inilah sering disebut dengan istilah “SANTRI KALONG”.
Semakin hari semakin bertambah banyak para santri yang hendak memperdalam ilmu Agama Islam kepada Syekh Fakih Ibrahim, tidak hanya orang orang dari Talaga saja, melainkan mereka berdatangan juga dari berbagai daerah di pulau jawa,
Syekh Faqih Ibrahim, mengajarkan ilmu tauhid, fikih tajwid kepada para santrinya, selain itu untuk menambah minat masyarakat terhadap ilmu ke Islaman, Beliau juga mengajarkan ilmu seni membaca Alquran (tilawah) , seni gemyung dan syair syair DAN pantun pantun bertemakan islam (nadzhom) salah satu nadzhom yang hingga kini masih sering dikumandangkan di tiap mushola di talaga adalah sebagai berikut :
==========================================++
“deudeuh teuing karunya teuing
Nu kasep tara ibadah
Nabi yusuf langkung kasep
Anjeuna purah ibadah.
Deudeuh teuing karunya teuing
nu geulis teu kersa sholat
Siti jubaidah langkung geulis
anjeunamah kerasa sholat.
Deudeug teuing karunya teuing
Nu beunghar tara ibadah
Nabi sulaiman langkung beunghar
Anjeuna purah ibadah.
Deudeuh teuing karuna teuing
Nu miskin tara ibadah
Nabi ayub langkung miskin
Anjeuna kersa ibadah.”
==========================================++
Terjemahan dalam bahasa Indonesia :

Kasihan sungguh kasihan
Orang tampan tidak ibadah
Nabi Yusuf lebih tampan
Beliau rajin Ibadah

Kasihan sungguh kasihan
Orang cantik tidak ibadah
Siti julaikha lebih cantik
Beliau tetap ibadah

Kasihan sungguh kasihan
Orang kaya tidak ibadah
Nabi Sulaiman lebih kaya
beliau tetap Ibadah

Kasihan sungguh kasihan
Orang miskin tidak ibadah
Nabi Ayub lebih miskin
Beliau tetap ibadah
==========================================++
 
Tak lama kemudian Syekh Faqih Ibrahim dinikahkan kepada Nyi Mas Ratu Putri, yang merupakan anak ke lima Prabhu Arya Kikis. Selanjutnya Syekh Fakih Ibrahim terkenal dengan sebutan ‘SUNAN CIPAGER” Atau bergelar SYEKH SAYYID FAQIH IBRAHIM , dan merupakan pendiri pesantren pertama di Kabupaten Majalengka.
==========================================++

SUMBER :
pikiran rakyat online
wawancara dengan kuncen makom cipager
wawancara dengan beberapa orang tokoh masyarakat talaga
dan berbagai sumber lainya

ilustrasi fhoto editing


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

KETATAPRAJAAN DI NEGRI TALAGA






Sistem ke Tatanegaraan Kerajaan Kerajaan di Nusantara umumnya dibagi menjadi dua kategori, yaitu Sistem Birokrasi Maritim dan Sistem Birokrasi Agraris.
Kerajaan Talaga menerapkan sistem tatanan pemerintahan yang menganut sistem birokrasi Agraris hal ini karena secara geografis, Talaga terletak Di daerah Pegunungan, dimana pertanian perkebunan lah yang di fokuskan untuk peningkatan perekonomian masyaraktnya.
Penempatan sistem Leuit (lumbung padi) untuk mengantisipasi stok sumber pangan disaat (paceklik) merupakan tatanan ekonomi agraris yang sudah diterapkan di Kerajaan Talaga sejak abad ke 14. Tatanan birokrasi agraris ini mempunyai pengaruh yang kuat dalam tatanan ke Tataprajaan di Kerajaan Talaga, sehingga ke Tataprajaan di Negri Talaga di sesuaikan dengan kebutuhan perekonomian kala itu.

Walaupun sangat sederhana sistem ketataprajaan di Kerajaan Talaga, saat itu, sudah dibentuk sedemikian rupa , yang mengacu pada kebutuhan Masyarakat Talaga. adapun tingkatan ketataprajaan nya meliputi :

1. Begawan agung
Adalah lembaga tertinggi negara yang keberadaannya sebagai penentu kebijakan negara.
dan orang yang pertama menduduki jabatan ini adalah :

Begawan Garasiang (Rhakeyan Cipta Kusumah) "The first Parlement from Talaga"
Catatan mengenai Begawan Garasiang :
Prahara terbunuhnya Prabhu Agung Talagamanggung (PRATAMA) oleh Mahapatih Palembanggunung, (MPG), tidak saja menyisakan kesedihan yg mendalam bagi para keluarga besar kraton dan rakyat Talaga. Melainkan juga mengakibatkan terjadi kekacauan pada tatanan pemerintahan talaga, yang kala itu, negri talaga sedang berada pada masa transisi sistem ketatanegaraan, yang semula sistem kabataraan (raja guru) berubah menjadi kerajaan (monarki).

Keadaan ini lah yang membuat para sesepuh talaga bermusyawarah untk menentukan sistem kerajaan selanjutnya.
Akhirnya sesepuh talaga sepakat untuk mendirikan lembaga tertinggi di negri talaga yang kemudian disebut sebagai kebegawanan yang dipimpin oleh seorang dg gelar Begawan Agung. Kebegawanan pertama di negri talaga dipimpin oleh Rakean Cipta Kusuma dengan gelar Begawan Agung Garasiang.
Dengan dibentuknya kebegawanan ini maka keluarlah beberapa maklumat.
Diantaranya :
1. Pengganti Raja tidak harus anak laki laki dan atau anak tertua
2. Pengangkatan Raja dan Ratu berdasarkan musyawarah.
3. Pembagian wilayah dibawah Kerajaan yang masing masing dipimpin oleh seorang Dalem. Diantaranya : Dlm Panaekan. Dlm Jerokaso, Dlm Lohmajaagung. dll.
4. Pemindahan Pusat Pemerintahan dari Karaton Sanghiang Manik - Sangiang ke Karaton Siger Hanjuang - Ciburang.
5. Mengangkat Dewi Simbarkancana menjadi Ratu Agung ing Ngalaga
6. Mengangkat Rd Kusumalaya menjadi Mahapatih Agung dg gelar MPA Rakheyan AJAR KUTAMANGGU.


2. KEPRABON
Merupakan tingkatan ketataprajaan yang sangat populer di masa itu, keprabon merupakan pusat pemerintahan yang di kepalai oler seorang Raja atau Ratu.
dari sejak didirikannya kerajaan Talaga oleh Rhakeyan Sudhayasa, (Batara Gunungbitung). Keprabon Talaga mengalami pergantian pemimpin hingga 10 kali.
di lembaga ini juga terdapat beberapa bagian ke tataprajaan yang berfungsi sebagai pemegang bidang masing masing yang disebut PURAGA, diantaranya :
 
A. PURAGA AJI (bidang alutsista dan pusaka)
b. PURAGA BHUMI (bidang tanah tapal batas)
c. PURAGA NAGARI (bidang rumahtangga keraton)
d. PURAGA BAYA (BIDANG PERTAHANAN)
E PA LEMBAN ( BIDANG PERTANIAN DAN PEREKONOMIAN)

3. KEDALEMAN
Merupakan lembaga pemerintahan yang yang berfung sebagai pengatur tatanan masyarakat daerah daerah yang berada dibawah kendali Keprabon. kedaleman dipinpin oleh seorany yang bergelar kanjeng dalem ..


=============================================

Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :

Penulis : Asep AsDHA Singhawinata










Sabtu, 25 Agustus 2018

SANG MAHA PATIH AGUNG "ARYA SARINGSINGAN"



Ilustrasi Mahapatih Agung Arya Saringsingan


Sepenggal Kisah
Tokoh Patriotik Negri Talaga.
Oleh: Asep AsDHA Singhawinata
=====================++
Tersebutlah Ratu Sunialarang (1500 - 1550m) Yang bersuamikan Rd Pucuk Umum.(Cucu Prabu Siliwangi) Mempunyai Putra. Rd Haurkuning Kakak Rd Arya Kikis .Dan Rd.Arya Kikis sendiri merupakan Penerus tahta ke V Kerajaan Talaga.

Dari Rd Haur Kuning (Prabu Haur Kuning) yang menikahi Nyimas Dewi Tanduran Tanjung Putri ( terah Raja Galuh Pakuan) inilah, terlahir sesosok pemuda tangguh berparas tampan dan gagah berani yang bernama "Rd Ulun Parancaherang" yg lahir th1559m

"Rd Ulun Parancaherang" tetap tinggal di Keraton Talaga, meskipun sang ayah menjadi Penguasa Galuh Pakuan bagian selatan. Beliau tetap menjadi patriot sejati di tanah tumpah darahnya mengabdikan diri untuk NegriTalaga.
Awal karier beliau adalah menjadi anggota Prajurit Puragabaya, di masa Pemerintahan pamannya. Prabu Arya Kikis.

Tahun 1577 ketika "Rd Ulun Parancaherang" berusia 18 thn. Terjadilah penyerangan Pasukan.Koalisi Demak dan Cirebon ke Negri Talaga.
Sengketa ini Diawali dangan ikut campur Demak untuk menarik upeti dari Talaga melalui Cirebon, sedangkan Talaga , merasa bukan negara jajahan.Akhirnya permintaan Cirebon-Demak untuk menarik upeti dari Talaga diabaikan.
Merasa tak dihiraukan, maka koalisi pasukan Cirebon-Demak tiba-tiba menyerang Talaga, dan terjadilah peperangan hebat antara Pasukan Talaga yang dipimpin langsung oleh Arya Kikis dan keponakannya "Rd Ulun Parancaherang" melawan pasukan Koalisi Cirebon dan Demak.
Di medan jurit, walau prajurit-prajurit Talaga yang dibantu ketat oleh puragabaya yang dipimpin oleh "Rd Ulun Parancaherang" serta pendekar-pendekar dari padepokan-padepokan dan pesantren-pesantren Islam. jumlah pasukan dan senjatanya lebih kecil dibandingkan jumlah serta kekuatan Koalisi Cirebon-Demak, namun berkat kesigapan dan Strategi perang "Rd Ulun Parancaherang" pasukan Talaga dengan penuh semangat terus mengadakan perlawanan. Akhirnya semua pasukan Cirebon-Demak dapat diusir ke luar dari wilayah Talaga.

Kejadian itu menimbulkan penyesalan dari kedubelah pihak. karena peperangan itu terjadi karna kesalah pahaman belaka maka tak lama dari kejadian itu diadakan petisi perdamaian yang dilselenggarakan di salah satu keraton talaga yang terletak di wilayah Ciburang (kec Cingambul sekarang) yang dihadiri oleh para petinggi negri talaga dan utusan dari negri tetangga yang di tengahi oleh Kanjeng Sunan Gunungjati Cirebon.
Sesuai dengan kesepakatan pada musyawarah di Keraton Ciburang (pasca peperangan Talaga dan demak). yang diselenggarakan oleh raja-raja Galuh Pakuan dan Talaga beberapa waktu sebelumnya, Kanjeng Sinuhun Cirebon berucap:" bahwa peperangan itu sungguh ditakdirkan Allah, tetapi bukan merupakan perang agama, sebab di Jawadwipa hanya pernah ada satu perang agama, yaitu antara Demak dan Majapahit. Terjadi Perang Talaga hanya karena tindakan keliru pasukan Cirebon dan Demak."
Kemudian Syarif Hidayatullah mengizinkan Pangeran Arya Kikis untuk bertafakur di kampungnya, yaitu Leuweung Wana yang selanjutnya disebut Wanaperih, dengan hasrat untuk mendalami Islam. Sementara itu Kerajaan Talaga tetap berdiri secara mandiri; ada pun kepemimpinannya diwakilkan oleh "Rd Ulun Parancaherang" hingga pemerintahan talaga dilanjutkan.oleh putra mahkota talaga yg bernama Rd Apun surawidjaya setelah wafatnya arya kikis.
Pada pemerintahan Rd Apun Surawidjaya.1590 m "Rd Ulun Parancaherang" tetap menjadi penasehat keraton . Sekaligus diangkat menjadi Maha Patih Agung Talaga. Dg gelar "ARYA SARINGSINGAN"
Beberapa prestasi beliau adalah. Berhasil menerapkan ketatanegaraan di negri talaga. Diantaranya beliau mengangkat pejabat setingkat menteri untuk menangani bidang masing masing.Diantaranya
1.Bidang Kebudayaan: Mbah Buyut Nayaga
2.Bidang Keagamaan: Kyai Santri Kuning
3.Bidang Kesehatan: Raden Ama Ucuk
4.Bidang Pertanian: Kyai Latief
5.Panglima Perang: Kyai Sabit
6.Ponggawa Gapura: Eyang Koral
Selain itu beliau juga berhasil menempatkan batalion pertahanan di beberapa daerah strategis yang dipimpin oleh perwira tinggi dg gelar Singha.
Diantaranya : 

Di daerah cicanir dipimpin oleh Arya Dinata dengan gelar Singhadinata.
Di daerah cikijing dipimpin oleh Arya Mukti Winata dg gelar Singhawinata
Di daerah cingambul dipimpin oleh Singhawadana.
 
Arya Saringsingan wafat pada usia ke 84 th ketika itu masih menjabat sebagai sesepuh sekaligus Maha Patih Agung Negri Talaga pada masa kepemimpinan Sunan Ciburuy.
Beliau dimakamkan di Desa Banjarangirang, Kec. Banjaran kabupaten Majalengka.

Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di :
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

Rabu, 22 Agustus 2018

ARIA WANGSA GOPARANA (EYANG DALEM SAGALAHERANG - SUBANG)








Rajah Pamuka 
==============================================
Sabada campuh oko begalan pati, Demak Jeung Talaga,
Jerit ning ati Prabhu Agung Arya Kikis, melas melis, ras kana kajadian, teu kumudu ayana rajapati di talaga, sok komo ieumah alatan patelak paham, marebutkeun bebeneran. nu nyana bener kabeh..
"kasep Prabu Agung Talaga, kula kuciwa ku kajadian ieu" dawuh kanjeng dalem sunan Gunung jati ngandika nalika riungan di karaton Siger Hanjuang Ciburang. "oko begalan pati ieu, mutlak titik tulis ti ajali, kersana hyiang widi Gusti Alloh Taala, saestuna, lain perang parebut Nagri, sok komo perang agama lain eta satemena. . estu ieu kajadian akibat salah paham marebutkeun bener, urang cokot hikmahna bae" sanggem kanjeng Sunan.

ti harita Kangjeng Prabhu Agung Arya Kikis ngecagkeun kakawasaan.
"anaking Rakean Apun surawidjaya, pek tuluykeun belapati ama kanagri ku hidep, tanjeurkeun bebeneran jeung kaadilan ti wangkid ieu ama seja nyepiing diri di tengah alas, munajat maha kawasa malah mandar ridho mantena. oge hidep Wangsa goparana, pek indit ka subanglarang, sebarkeun ajaran (eslam) Islam ka balarea. tanjeurkeun ukuwah jeung bagbagan agama nu kuanjeung geus di pimilik, pangdunga ama marengan hidep salawasna".
cag>
===============================================

 
WANGSA GOPARANA Teureuh Talaga nu mukim di Subanglarang.
Adik kandung Apun Surawidjaya Raja Talaga ke XI, (16M) Putra Maha Prabhu Arya Kikis (sunan Wanaperih)
Raden Aria Wangsa Goparana adalah salah satu tokoh penyebar Islam di wilayah Subang. Beliau adalah putra raja Talaga (Majalengka). Arya Wangsa Goparana memeluk Islam dan mendapat pelajaran dari Sunan Gunungjati langsung.
Sekitar tahun 1530 ia mengadakan perjalanan ke arah barat dalam rangka menyebarkan agama Islam. Wilayah yang diislamkannya diantaranya Subang, Purwakarta, Cianjur, Sukabumi dan Limbangan yang saat itu merupakan wilayah kerajaan Sumedang Larang. Kemudian beliau menetap di wilayah Sagalaherang. Konon, nama Sagalaherang pun dipercaya diberinama oleh beliau.
Arya Wangsa Goparana memiliki lima orang putera yaitu Entol Wangsa Goparana, Djajasasana / Wiratanudatar, Yudanegara, Cakradiparana, dan Yudamanggala. Keturunannya tersebut kemudian banyak yang menjadi tokoh penting seperti ulama dan bupati. Salah satunya adalah Djajasasana atau Raden Wiratanu yang menjadi bupati pertama Cianjur.
Aria Wangsa Goparana dimakamkan di Blok Nangka Beurit, Desa Sagalaherang Kaler, Kecamatan Sagalaherang. Menurut Humaidin, yang merupakan juru kunci makam tersebut sejak tahun 1985, makam Wangsa Gofarana banyak dikunjungi para peziarah, terutama pada 1 Muharam dan waktu-waktu tertentu. Selain dari Subang, para peziarah tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia.





Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka

Klik di


Penulis : Asep AsDHA Singhawinata







UMBULUAR SANTOAN SINGANDARU








(TrahTalaga nu mukin di Kawali)
 
Di desa Kawalimukti Kabupatenab Ciamis, terdapat sebuah Dusun yang bernama Singandaru, 
Nama ini "diduga" diambil dari seorang pengembara asal Talaga Majalengka yang menetap disana. , lokasi ini berada di pinggirjalan arah Cirebon. Sekarang di Singandaru menyimpan banya Keramat sebetunya, diantaranya ada keramat Kapunduhan dan Singandaru itu sendiri. Namun kalau Kapunduhan masih terjaga dengan baik, bahkan masih ada bahasa pamali, tapi sebaliknya di Singandaru, Keramat ini justru jadi tempat sampah. Padahal ini mata air yang sangat bagus, namun Pemerintahan Desa Kawalimukti terkesan acuh tak acuh. Keramat ini berada di sebelah kiri jalan jika dari arah Ciamis menuju Cirebon, jaraknya sekitan 200 meter, tidak jauh dari Pesantren. Lokasi ini di pinggir sungai Cicadas, sebelum Pom Bensin Winduraja.

Pernah ditanyakan kepada Kepala Desa, kenapa Keramat Singandaru ditimbun sampah, padaha itu mata air. Tapi dirinya menjawab bahwa timbunan sampah itu sengaja, karena kolam mata airnya akan di urug atau di timbun, menurutnya akan ditanami pohon. Aneh memang, jelas-jelas itu mata air, kenapa malah mau di tutup, pakai sampah rumah tangga dan plastik lagi. Ah gak masuk akal, entah mau bagaimana kedepannya nasib Keramat Singandaru ini. Jika ada yang peduli, coba bicarakan dan beri pengertian kepada yang mengaku Kepala Desa. Harusnya sih dia tau betapa pentingnya Keramat itu, apalagi itu menyimpan cerita lama, atau dongeng masa lalu. (sumber, kutipan dari :sumedangpress.com)

Hingga saat ini tak satupun para kasepuhan atau para jurukunci di Kawali yang tahu banyak tentang silsilah Eyang Dalem Santoan Singandaru. yang mereka ketahui sebatas seorang pengembara yang mengamalkan ilmu keagamaan di kawali... hingga saat ini nama singandaru di abadikan menjadi nama sekolah dasar di kecamatan Kawali
 
Sementara menurut para sesepuh Talaga, Singandaru adalah seorang cendikia muda yang gemar mengembara , yang merupakan anak ke 4 dari Ratu Agung Dewi Sunyalarang (Ratu Parung) (1530M) dari suaminya Rd Ranggamantri (Raden Pucuk Umun / Umum Talaga).
Semula Ratu Sunyalarang akan memberikan Takhta kerajaan Talaga kepada R.U.L.S Singandaru, namun karna kegemarananya mengembara dan mencari ilmu keagamaan, maka dengan senanghati Tahta kerajaan tersebut di berikan kepada kakaknya yaitu Arya KIKIS (Sunan Wanaperih).
Seminggu setelah penobatan Aria Kikis menjadi Raja Talaga, R.U.L.S.Singandaru pergi pengembara kearah selatan Negri Talaga. dan menemukan tempat bermukim di daerah Kawali . Hingga akhir hayatnya, beliau menjadi kepala Daerah merangkap sebagai Pemuka Agama, dari mulai daerah Cinyasag (Muncangpandak), Panawangan, Kawali, Buniseuri, hingga Lumbung (Panjalu)
(dikutif dari berbagai sumber tradisi  lisan dan tulisan )




Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

NYI MAS CIN-CIN (SANG PENARI PELIPUR LARA)





ILUSTRASI NYI MAS CIN-CIN



Dimasa kepemimpinan Ratu Agung Sunia Larang) / Rd, Ranggamantri, (Rd Pucuk Umum) (15M),
==============================================
 
Nyi Salira Kasih merupakan salah satu penari ronggeng tersohor di tahun 1630 an. Konon katanya, masa jaya Nyi Salira Kasih adalah ketika dia berumur 25 tahun. Dia merupakan penari ronggeng yang terkenal cantik dan juga kemahirannya. Nyi Salira Kasih sangat tersohor namanya terutama di antara masyarakat Talaga . Nyi Salira Kasih merupakan penari ronggeng yang mampu menghipnotis penontonnya ketika dia mulai menari. Dia bukan hanya menangkap perhatian para pria, gerakannya dari ujung rambut hingga ujung kakinya pun menghipnotis perhatian penonton wanita karna menginginkan keahlian dan parasnya.

Tak terkecuali keluarga Keraton Talaga , yang kala itu dipimpin oleh Ratu Agung Sunialarang, terkagum kagum melihat gerak lincahnya, sehingga, beliau sering mengundang Nyi Salira Kasih , untuk pentas menyambut kedatangan para tamu agung di Istana.
Akhir tragis Nyi Salira Kasih

Pada suatu perayaan di Keraton Talaga, Nyi Salira Kasih diundang untuk menjadi bintang dan ketika itu para petinggi Negi kaum menak, dan para saudagar dari negri tetangga pun hadir disana. Tentu saja semua berlomba untuk menari dengan Nyi Salira Kasih dan tidak sdikit pula berharap memenangkan Nyi Salira Kasih untuk malam itu. namun Nyi Salira Kasih menolak setiap para tamu undangan dari mancanegara yang dengan terang terangan mengajak Nyi Salira Kasih "bercinta" dikarnakan Nyi Salira Kasih diam diam sudah menaruh hati pada putra Ratu Agung Sunialarang, yatu Lohmaja agung.
Konon katanya , rasa cinta Nyi Salira Kasih itu tidak sempat diketahui oleh Rd Lohmajaagung itu sendiri.

Adalah seorang petinggi negri tetangga yang bersikeras menginginkan Nyi Salira Kasih dan ketika semua tamu sudah pulang, diam diam, petinggi negri tetangga itu, menculik Nyi Salira Kasih dan membawanya ke satu bukit yang bernama bukit JAhim. yang berlokasi di kaki Gunung Bitung.
karna Nyi Salira Kasih sering berontak, maka petinggi negri itu melakukan kekerasan kepada Nyi Salira Kasih hingga akhirnya Nyi Salira Kasih tewas di tempat itu.
berita kematian dan rasa cinta nya Nyi Salira Kasih kepada Rd Lohmaja Agung , nyampai juga kepada pihak Kreraton. sketika itu juga utusan dari keraton, yang dipimpin langsung oleh Rd. Lohmajaagung mengunjungi tempat tersebut. setelah mengurusi jenazah Nyi Salira Kasih kemudian Rd Lohmajaagung memberi gelar NYIMAS CIN-CIN kepada Nyi Salira Kasih . dikarnakan, selama mengurusi jenazah Nyi Salira Kasih, selalu diikuti oleh seekor burung yang berbunyi menyerupai bunyi 
........."Ciiiiin ciiiiiin ciiiiiiin..."

===============================================
dicerikan oleh Kang Ade. Jurukunci sekaligus penjaga objek wisata NYIMAS CINCIN. Jahim - CIKIJING




Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata

PRASASTI SANGHIYANG TAPAK CIANJUR

HUBUNGAN NTARA PRASASTI SANGHYANG TAPAK, PRABU JAMPANGMANGGUNG (CIANJUR) DAN TALAGAMANGGUNG (TALAGA-MAJALENGKA)






Beberapa jam yang lalu, saya dapat email dari salah seorang tokoh budaya Kabupaten Cianjur, isinya mengajak saya berdiskusi antar ke tiga temuan yang saya tulis di judul postingan ini..
brikut ini beberapa tulisan pemerhati sejarah budaya cianjur yang saya temukan di berbagai blog
============================

PAHATAN tapak kaki kiri tergambar pada batu hitam berukuran sekitar 30x14 cm. Kehadiran batu bergambar tersebut hampir tak kentara, tertutupi semak belukar dan rerumputan, serta pohon tumbang dan ranting-ranting berserakan.

"Orang-orang sini mengenalnya sebagai Sanghyang Tapak,” kata Hendrawan (37), penduduk Cianjur.
Sanghyang Tapak terletak tepat di puncak Gunung Mananggel, bukit berketinggian sekitar 800 meter dpl (dari permukaan laut). Kendati populer, tetapi penduduk kota tauco itu jarang mengetahui asal-usul Sanghyang Tapak. Yana (59), menyatakan bahwa kaki kiri itu dahulu kala konon milik seorang sakti yang menguji ilmu kanuragannya. “Ia meloncat-loncat dari satu gunung ke gunung lainnya, bahkan konon tapak kaki kanannya ada di Gunung Geulis,” ujarnya seraya menunjuk bukit besar lain, tetangganya Gunung Mananggel.

Penjelasan masuk akal baru didapatkan dari K.H. Djalaluddin Isaputra (49), tokoh masyarakat setempat. Menurut lelaki yang akrab dipanggil Ustadz Jalal tersebut, Sanghyang Tapak merupakan tapak kaki Resi Pananggel alias Pangeran Laganastasoma, salah satu keturunan raja-raja Jampang Manggung, kerajaan yang didirikan Prabu Kujang Pilawa pada tahun 330 saka (sekitar tahun 406-407 M). Jadi, keberadaannya jauh mendahului Kabupaten Cianjur yang baru didirikan pada 1677.
Tetapi, dalam catatan sejarah resmi tentang kota Cianjur, nama Jampang Manggung tak pernah disebut. Bahkan, dalam Sajarah Cianjur Sareng Raden Jayasasana Dalem Cukundul karya Bayu Surianingrat dituliskan bahwa saat Dalem Cikundul baru datang ke Cianjur, situasi kawasan itu sama sekali belum diatur oleh suatu pemerintahan resmi dan masih berupa hutan rimba yang hanya dihuni sekelompok jawara. Lantas dari mana datangnya nama Jampang Manggung tersebut? (www.historiana.id)
============================

Penggalan tulisan diatas membuat penasaran saya , dimana dalam akhir artikel diatas ada kalimat " Lantas dari mana datangnya nama Jampang Manggung tersebut ?"
praduga awal :

didalam artikel diatas. dikatakan bahwa, yang pertama menemukan (menemukan kembali) daerah tersebut adalah Eyang dalem cikundul. lantas siapakah eyang dalem cikundul ????
eyang dalem cukundul yang bernama asli Rd Arya Wiratanudatar , adalah Putra Rd Arya Wangsa Goparana (eyang dalem sagalaherang subang) yang merupakan anak kandung dariPrabhu Agung Arya kikis (sunan Wanaperih) Talaga-Majalengka.

Semntara saya menyimpulkan , bahwa nama wilayah tersebut bisa jadi diberi nama oleh dalem cikundul yang mengambil dari nama gelar leluhurnya di talaga yaitu TALAGA MANGGUNG, sehingga menjadi JAMPANG MANGGUNG. mengingat penyematan nama Manggung untuk gelar raja hanya ada di talaga majalanegka sejak abad ke 13m.

Ternyata Prasasti sanghyang Tapak ini juga, tidak hanya ada di kabupaten Cianjur, tetapi juga ditemukan 2 prasasti yang berhubungan di tepi sungai cicatih-cibadak Sukabumi. da tiga buah prasasti yang masih berhubungan juga di temukan di kampung Bantar Muncang dan kampungPangcalikan kabupaten Sukabumi.

Derikut ini adalah isi prasasti Sangyang Tapak selain gambar Telapk kaki kiri
Isi tiga prasasti pertama (menurut Pleyte):

D 73: //O// Swasti shakawarsatita 952 karttikamasa tithi dwadashi shuklapa-ksa. ha. ka. ra. wara tambir. iri- ka diwasha nira prahajyan sunda ma-haraja shri jayabhupati jayamana- hen wisnumurtti samarawijaya shaka-labhuwanamandaleswaranindita harogowardhana wikra-mottunggadewa, ma-
D 96: gaway tepek i purwa sanghyang tapak ginaway denira shri jayabhupati prahajyan sunda. mwang tan hanani baryya baryya shila. irikang lwah tan pangalapa ikan sesini lwah. Makahingan sanghyang tapak wates kapujan i hulu, i sor makahingan ia sanghyang tapak wates kapujan i wungkalagong kalih matangyan pinagawayaken pra-sasti pagepageh. mangmang sapatha.
D 97: sumpah denira prahajyan sunda. lwirnya nihan.

Terjemahan
Selamat dan sejahtera. Pada tahun Saka 952, bulan Kartika pada hari ke-12th bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, Wuku Tambir. Hari ini adalah hari dimana raja kerajaan Sunda, Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramottunggadewa, membuat tanda tapak di bagian timur Sanghiyang Tapak. Dibuat oleh Sri Jayabupati raja kerajaan Sunda. Tidak ada seorangpun yang boleh melanggar aturan ini. Di bagian sungai ini tidak boleh menangkap ikan, di kawasan pemujaan Sanghyang Tapak dekat hulu sungai. Jauh hingga ke batas Sanghyang Tapak yang ditandai dua pohon besar. Demikanlah tulisan ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah kerajaan Sunda.
Piagam persumpahan raja ditulis di atas prasasti keempat (D 98). Terdiri atas 20 baris, sumpah ini memanggil semua kekuatan gaib, dewata (hyang) dari langit dan bumi untuk membantu menjaga dan melindungi mandat sang raja. Siapa saja yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh segenap makhluk halus, mati dengan cara yang mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, ususnya dihancurkan, dan dada dibelah dua. Prasasti ini ditutup dengan kalimat, "I wruhhanta kamung hyang kabeh" (Oh ketahuilah kamu sekalian hyang).

============================================


Informasi tentang Sejarah & Budaya Talaga - Majalengka
Klik di
Penulis : Asep AsDHA Singhawinata